KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja yang telah memelihara, memberkati dan menyelamatkan kita hingga saat ini, sehingga tetap eksis melaksanakan misi gereja untuk bersaksi dan melayani.
Dalam tuntunan Roh Kudus, Jemaat GPM Palungan Kasih telah menyusun Rencana Strategi (RENSTRA) pengembangan jemaat Tahun 2011 - 2015 sesuai amanat Ketetapan Sinode GPM Nomor: 09/SND/XXXVI /2010. Keharusan Jemaat untuk memiliki Rencana Strategi pengembangan, adalah sebuah langkah maju dan terobosan strategis GPM untuk memberi ruang yang sebesar-besarnya pada desentralisasi prakarsa jemaat, patut diapresiasi dan didukung sepenuhnya karena menjawab multi dimensional tugas panggilan Gereja Protestan Maluku sesuai landasan teologi dan wawasan ekklesiologi sebagai anutan prinsip dasarnya.
Rencana Strategi jemaat ini adalah pedoman praksis penyelenggaraan pelayanan jemaat, sebagai penjabaran dari PIP dan RIPP GPM Tahun 2005 - 2015. Bertujuan untuk memberi arah bagi perencanaan dan pengembangan jemaat serta sebagai pedoman penyusunan program kerja tahunan jemaat untuk empat tahun ke depan.
Patut dimaklumi bahwa kesempurnaan Renstra yang disusun ini masih belum maksimal, karena baru pertama kali dilaksanakan pada level jemaat, serta belum ada suatu pedoman yang baku sebagai standar acuan kerja. Walaupun demikian, dengan dibekali oleh arahan dan sosialisasi dari MPH Sinode GPM, Tim Penyusun Renstra Jemaat yang dibentuk dengan Surat Keputusan Majelis Jemaat Palungan Kasih Nomor: 06/Skep/KPA-JPH/E.2/09/2011, telah melaksanakan tugasnya dengan baik, dan berhasil mempersembahkan hasil kerjanya kepada Majelis Jemaat.
Atas nama Majelis Jemaat, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada saudara-saudara Tim Penyusun dan Jemaat, disertai doa, Tuhan Yesus Kristus memberkati saudara dan keluarga.
Kepada Majelis Pekerja Klasis GPM Pulau Ambon dan Majelis Pekerja Harian Sinode GPM, kami mohon bahan saran demi penyempurnaan Renstra ini. Kiranya Tuhan Yesus Kristus melimpahkan Berkat dan Kasih Karunia-Nya bagi kita yang bekerja untuk kemuliaan namaNya. Amin.
Aku (Paulus) Menanam, Apolos Menyiram
Tetapi Allah Yang Memberi Pertumbuhan
(I Korintus 3:6)
Ambon, 31 Oktober 2011
MAJELIS JEMAAT
GPM PALUNGAN KASIH
PENDETA J.M.E.SAIMIMA/N,S.Th PENATUA M. SOUISA
Ketua Sekretaris
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
- Sejarah Singkat .................................................................................. 1
- Definisi Rencana Strategi ..................................................................... 5
- Peranan / Urgensi Renstra ...................................................................... 6
- Dasar ............................................................................................... 7
- Fungsi dan Tujuan ............................................................................. 7
BAB II KONDISI JEMAAT GPM PALUNGAN KASIH ......................................... 8
- Kondisi Umum ................................................................................. 8
- Problematika .................................................................................. 23
- Analisis Kelembagaan ...................................................................... 32
BAB III VISI, MISI DAN TUJUAN ........................................................................ 37
3.1. Visi Pengembangan ................................................................................ 37
3.2. Misi Pengembangan ................................................................................. 37
3.3. Tujuan .................................................................................................... 38
3.4. Sasaran Strategis .................................................................................... 38
BAB IV ARAH DAN KEBIJAKAN .......................................................................... 40
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 52
LAMPIRAN ............................................................................................................... 55
BAB I
PENDAHULUAN
- Sejarah Singkat
Sejak Pendeta St. Haumahu bertugas di Jemaat GPM Tawiri pada tahun 1977, dilaksanakan Persidangan Jemaat I Jemaat GPM Tawiri pada tahun 1978, yang salah satu keputusan pentingnya adalah pembagian wilayah pelayanan menjadi 5 bagian yaitu Unit A, Unit B, Unit C, Unit D dan Unit E. Lokasi Unit C adalah di dusun Weti dan Riang. Setelah Pendeta St. Haumahu memasuki masa pensiun, beliau digantikan oleh Pendeta N. A. Letty dan mulai bertugas di Jemaat GPM Tawiri pada Tahun 1986. Salah satu program yang dilakukan adalah mengubah nama unit menjadi Sektor Pelayanan. Unit C diubah menjadi Sektor Eklesia (sekarang Eklesia, Bethlehem dan Getsemani).
Tahun 1992, Pendeta N.A. Letty dimutasikan ke Jemaat GPM Hulaliu, dan penggantinya adalah Pendeta A. Latuihamallo. Pada masa kepemimpinan beliau, Jemaat GPM Tawiri semakin bertumbuh dengan pesat baik dari aspek organisasi, jumlah jiwa maupun program pelayanan dan pembangunan fisik. Pada Persidangan ke-16 Tahun 1993, melahirkan keputusan perlu dibangunnya sebuah Balai Kerohanian (gedung darurat) di Riang guna melaksanakan peribadahan. Sambil menunggu penyelesaian pembangunan BK, untuk sementara waktu ibadah-ibadah minggu dilaksanakan di salah satu ruangan Sekolah Dasar Inpres 57 sedangkan pelayanan katekesasi dan sakramen tetap berlangsung di Gedung Gereja Ebenhaezer Tawiri. Setelah selesai pembangunan Balai Kerohanian pada tahun 1994 yang diberi nama Palungan Kasih oleh Pdt.A. Latuihamallo maka seluruh pelayanan ibadah berlangsung di Balai Kerohanian.
Dengan semakin bertambahnya jumlah warga gereja di Weti dan Riang, maka pada persidangan ke–17 tahun 1995 menetapkan pembentukan Panitia Pembangunan gedung gereja. Pada tanggal 10 Maret 1995, mulai dicanangkan pembangunan Gedung Gereja baru dengan ketua panitia Bpk.A.E. Lekatompessy (Alm), sekretaris M.A.Matitaputty,S.E dan pengawas teknik H.Nanlohy (Alm) sedangkan kepala tukangnya adalah St. Tuhuleruw. Proses pembangunan gedung gereja terus berlangsung namun mengalami kevakuman disebabkan konflik kemanusiaan khususnya di Kota Ambon tahun 1999 mengakibatkan sebahagian anggota panitia pembangunan tidak aktif karena meninggal dunia dan berpindah tempat tinggal. Untuk melanjutkan pembangunan tersebut, maka diterbitkan Surat Keputusan Majelis Jemaat No.01/III/P/2001 tentang Pembenahan Struktur Panitia Pembangunan Gedung Gereja Palungan Kasih pada tanggal 14 Januari 2001 dengan Ketua A.E.Lekatompessy (Alm), sekretaris J.Siahaya, bendahara Dra.Ny.J.Disera/M dan pengawas teknik D.de Fretes sedangkan kepala tukangnya adalah St. Tuhuleruw.
Dengan semakin bertambahnya jumlah warga gereja di Weti dan Riang, maka pada persidangan tahun 2001 dilaksanakan pemekaran wilayah pelayanan dari 5 sektor menjadi 7 sektor yaitu penambahan 2 sektor di Riang yakni Sektor Betlehem dan Sektor Getsemani, selain sektor Eklesia yang ada sebagai sektor yang pertama pada wilayah pelayanan Weti dan Riang.
Kebutuhan akan adanya sebuah gedung gereja representatif semakin dirasakan ketika pada wilayah pelayanan di Wesa, Weti dan Riang telah menjadi 3 sektor pelayanan, apalagi bertumbuh ditengah-tengah jemaat adanya gereja-gereja saudara non GPM.
Kemudian pada tahun 2003 Pendeta A. Latuihamallo dipindahkan ke Jemaat GPM Nehemia dan sebagai penggantinya adalah Pendeta A. Manupessy yang meneruskan penyelesaian pembangunan gedung gereja sampai pada peresmiannya tanggal 6 Pebruari 2005. Peresmian gedung gereja yang diberi nama Palungan Kasih, ditangani oleh Panitia Peresmian yang diketuai Ir. M. Souisa, M.Si dan Sekretaris Drs. J. Elake. Penandatanganan prasasti oleh sekretaris BPH Sinode GPM Pendeta S.Y. Mailoa, M.Th, serta turut hadir menyaksikan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahallu. Pada Persidangan ke-24 Jemaat Tawiri tahun 2006, utusan sektor Bethlehem, Eklesia, Getsemani yaitu Bapak J. Siahaya, A. Tuhumury, J. Elake, H. Wosea, Ny. Din de Fretes, Ny. Leny Souisa, Ny. H. Sopacua, B.Tutuiha, Ny. Loce Latuihamallo, Bpk. Efa Latuputty, Ny.M.Hommy, dan Ny. Lin Nanlohy, memperjuangkan keputusan Persidangan Jemaat tentang perlu dilakukan pemekaran jemaat. Dengan didorong oleh Badan Pekerja Klasis dan ditunjang oleh Penatua D. de Fretes (Wakil Ketua Majelis Jemaat), M.Souisa (Sekretaris Majelis Jemaat) dan para Penatua serta Diaken lainnya yang berasal dari sektor Bethlehem, Eklesia dan Getsemani, maka Persidangan Jemaat menerimanya dan melahirkan rekomendasi segera membentuk Tim Penjejakan Pemekaran Jemaat. Pada tanggal 31 Desember 2006, diterbitkan Surat Keputusan Majelis Jemaat GPM Tawiri Nomor: 02/III/14.43/Org/12/2006 tentang Pembentukan dan Pengangkatan Tim Penjejakan Pemekaran Jemaat GPM Tawiri yang diketuai Drs. J. Elake, sekretaris Ir.F. Puturuhu,M.Si, anggota Ir. F. Batlolona, MT, Bpk.D. Dias, Bapak C. Tuhuleruw, Bpk K. Puturuhu, D. Talapessy, Jopi Tuhuleruw, Tony Pesiwarissa dan P. Helaha. Tim bekerja dari tanggal 11 Januari s.d 1 Pebruari 2007 dan menyampaikan hasilnya pada Persidangan Jemaat tanggal 4 Pebruari 2007. Dokumen hasil pengkajian selanjutnya disampaikan ke Badan Pekerja Klasis dan BPH Sinode untuk mendapat pengesahan pada Sidang BPL Sinode GPM di Klasis Kairatu pada Tahun 2008.
Setelah disetujui BPL-Sinode GPM, maka Majelis Jemaat GPM Tawiri yang diketuai Pendeta P. Kempa, S.Th, membentuk Panitia Pemekaran yang diketuai Drs. J. Elake, Sekretaris Penatua M.Souisa (sekretaris Jemaat GPM Tawiri) mulai melaksanakan tugasnya mempersiapkan segala sesuatu menyangkut pemekaran Jemaat. Pada tanggal 17 Januari 2010, dilaksanakan pemekaran Jemaat GPM Tawiri menjadi dua jemaat yaitu Jemaat GPM Tawiri dan Jemaat GPM Palungan Kasih.
Secara resmi Jemaat GPM Palungan Kasih berdiri menjadi sebuah Jemaat yang mandiri ditetapkan dengan Surat Keputusan Badan Pekerja Harian Sinode GPM No.03/Skep/SND/E.2/1/2010 pada tanggal 17 Januari 2010 dengan kepengurusan Majelis Jemaat terdiri atas Penatua D. de Fretes selaku Wakil Ketua, sekretaris Penatua M. Souisa, wakil sekretaris Penatua Ny.H.Sopacua/U, bendahara Diaken E. Philipus, wakil bendahara Diaken Ny.M.T.Hommy/B dan anggota-anggota Penatua H. Salamor, Penatua Ny.R.L.Tuhuleruw/M, Penatua R. Elake, Diaken H. Tuhuleruw, Diaken J. Lekatompessy, Diaken Ny. M.Selano/T dan Diaken Ny. M.Tuhumury/S. Pada 16 Mei 2010, ditahbiskan lagi empat anggota Majelis Jemaat masing-masing Penatua A.Tuhumury, Penatua Ny.A.A.Tuhuleruw/L, Diaken Ny. Y. Elake/S, dan Diaken Ny.A.Salamor/S. Keenambelas anggota Majelis Jemaat tersebut adalah Majelis Jemaat pertama pada Jemaat GPM Palungan Kasih. Berdasarkan Surat Keputusan BPH Sinode GPM Nomor:79/IV/PA tanggal 19 Maret 2010, Pendeta, Ny.J.M.E. Saimima/N, S.Th, ditetapkan sebagai Penghentar Jemaat/ Ketua Majelis Jemaat Palungan Kasih, sekaligus sebagai Ketua Majelis Jemaat I (pertama ) Jemaat GPM Palungan Kasih.
Serah terima jabatan dari pejabat ketua Penatua D. de Fretes kepadaKetua Majelis Jemaat yang baru Pendeta Ny. J.M.E. Saimima/N S.Th berlangsung dalam ibadah minggu, tanggal 30 Mei 2010, dan ibadah pelantikan dipimpin oleh Sekretaris Klasis GPM Pulau Ambon Pendeta Ny. M. Wattimury/W, S.Th.
Dalam tahun pertama pelayanan dibawah pimpinan Pendeta Ny. J.M.E. Saimima/N, S.Th, Jemaat Palungan Kasih mulai berbenah diri menuju kemandirian jemaat dibidang keuangan, pelayanan, organisasi dan peningkatan kapasitas perangkat pelayan dan pengembangan ekonomi jemaat. Salah satu wujud upaya kemandirian ekonomi dan keuangan jemaat adalah telah dibuat kebun jemaat yang ditanami tanaman produktif seperti pisang, halia, dan lain-lain.
Dengan menyadari kondisi daya tampung gedung gereja Palungan Kasih yang sangat terbatas terutama ruangan untuk koncistori, perkantoran, ruang rapat dan lain-lain, maka Persidangan ke-2 Jemaat GPM Palungan Kasih tanggal 6 Pebruari 2011 melahirkan suatu rekomendasi untuk membentuk panitia pembangunan fisik jemaat dengan salah satu tugas utamanya adalah merenovasi gedung gereja Palungan Kasih. Berdasarkan Surat Keputusan Majelis Jemaat 05/Skep/KPA-JPH/E.2/03/2011 tanggal 5 Maret 2011, diangkat Panitia Pembangunan Fisik yang diketuai oleh D.de Fretes, sekretaris M.Souisa, bendahara Ny.J.Elake/S, dan ketua seksi teknik Bpk.St.Tuhuleuw merangkap kepala tukang batu sedangkan kepala tukang kayu Bpk.O.Hitijahubessy dan tukang besi adalah Bpk.C.Salamor. Salah satu tugas Panitia adalah melaksanakan renovasi gedung gereja.
- Definisi Rencana Strategi
Memahami definisi makna Rencana Strategi, terlebih dahulu perlu dipahami makna kata rencana atau perencanaan dan makna kata strategi. Perencanaan merupakan salah satu dari empat fungsi manajemen yang penting dan saling terkait satu sama lain. Berbicara tentang perencanaan, kita dihadapkan pada pertanyaan: Apakah suatu rencana berjalan dengan baik atau tidak? Pertanyaan mendasar ini kiranya aktual diajukan manakala kita melihat realitas keseharian yang menunjukkan banyaknya kegagalan akibat perencanaan yang salah dan tidak tepat. Kesalahan perencanaan dapat berada pada awal perencanaan itu sendiri ataupun pada saat proses perencanaan itu berlangsung.
Perencanaan menurut Abe (2001:43) tidak lain dari susunan (rumusan) sistematik mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan dimasa depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang saksama atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, termuat hal-hal yang merupakan prinsip perencanaan yakni (1) apa yang akan dilakukan, yang merupakan jabaran dari visi dan misi; (2) bagaimana mencapai hal tersebut; (3) siapa yang melakukan (4) lokasi; (5) waktu pelaksanaan dan berapa lama, (6) sumber daya yang dibutuhkan. Tjokroamidjojo (1992:12) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Selanjutnya dikatakan bahwa perencanaan merupakan penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Sedangkan strategi menurut Glueck dan Jauch (1989:9), adalah proses penentuan rencana yang berfocus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Dalam pengertian lain, strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan.
Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Dengan demikian, Rencana Strategi Jemaat GPM Palungan Kasih adalah rumusan tindakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang sebagai penjabaran terhadap visi dan misi jemaat dengan penentuan cara atau upaya agar rencana tersebut dapat dicapai sesuai tujuannya.
- Peranan/Urgensi Renstra
Sebagai salah satu jemaat dalam Klasis GPM Pulau Ambon, Jemaat Palungan Kasih yang baru dimekarkan dari Jemaat GPM Tawiri pada tanggal 17 Januari 2010 yang lalu, meyakini kediriannya sebagai panggilan Allah untuk meneruskan amanat Yesus Kristus kepala gereja memberitakan Injil, bersaksi dan melayani. Untuk melaksanakan fungsi dan perannya itu, Jemaat Palungan Kasih harus tanggap terhadap perubahan dalam masyarakat terutama dalam menghadapi tantangan-tantangan fragmentasi keagamaan, budaya heterogenitas, krisis ekonomi, politik, hukum, yang terus menggejala mempengaruhi ketahanan iman dan persekutuan umat.
Tantangan bagi Jemaat Palungan Kasih yang berada pada pintu masuk kota Ambon ini, adalah bagaimana menempatkan posisinya dan mengambil peran menyeimbangkan perkembangan itu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan dan membenahi kelemahan internal, mensolusikan peluang dan ancaman eksternal.
Menyadari posisi dan kehadiran gereja ditengah tantangan global itu, Jemaat Palungan Kasih sebagai bagian dari Gereja, mengevaluasi diri mengenal problematika umat, menginduksi kekuatan dan kelemahan serta memanfaatkan peluang dan menyusun rencana pengembangan dan tindakan- tindakan yang diambil dalam kurun waktu jangka panjang, menengah dan tahunan, yang tersusun dalam satu RencanaStrategi Pengembangan Jemaat.
Rencana Strategi Jemaat Palungan Kasih 2011 – 2015 mengimplementasikan PIP / RIP GPM dengan pendekatan indikator ketercapaian pada tiga pilar profil program yaitu profil umat, profil pelayan dan profil kelembagaan, berfungsi sebagai dasar dan acuan utama dalam menentukan / merumuskan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh organisasi selama kurun waktu lima tahun ke depan.
- Dasar
Rencana Strategi Jemaat Palungan Kasih 2011-2015, disusun berdasarkan pada ketentuan organisasi GPM sebagai berikut :
- Ketetapan Sinode GPM Nomor: 09/SND/XXXVI/2010 tentang Tata Gereja.
- Peraturan Pokok GPM (Ketetapan Sinode GPM Nomor: 09/SND/36/ 2010) tentang Jemaat.
- Keputusan Sidang BPL Sinonde GPM Tahun 2011 di Dobo.
- PIP DAN RIPP GPM tahun 2005 – 2015
- Keputusan Majelis Jemaat GPM Palungan Kasih Nomor: 06/Skep/KPA-JPH/E.2/09/2011 tentang Pembentukan dan Pengangkatan Tim Renstra Jemaat GPM Palungan Kasih Periode 2011-2015.
- Tujuan dan Fungsi
Tujuan utama Renstra adalah menetapkan arah, kebijakan dan strategi perencanaan dan pengembangan Jemaat sesuai PIP/RIPP GPM dan analisis kondisi ril Jemaat Palungan kasih, sehingga diharapkan tercipta suatu kondisi sesuai visi yang ditetapkan. Secara makro, Renstra Jemaat Palungan Kasih 2011-2015 berfungsi sebagai dokumen dasar Perencanaan untuk mengarahkan jemaat dalam penyusunan Rencana Operasional (Renop) Tahunan sesuai Arah Kebijakan Strategi lima tahunan yang ditetapkan. Dengan demikian secara sistematis akan dapat diukur indikator ketercapaian per tahun dan berkelanjutan selama lima tahun ke depan dalam kerangka yang jelas.
BAB II
KONDISI JEMAAT GPM PALUNGAN KASIH
- Kondisi Umum
- Keadaan Geografis dan Batas Wilayah Pelayanan
Jemaat GPM Palungan Kasih berada di Dusun Riang Desa Tawiri Kecamatan Teluk Ambon secara astronomis berada pada posisi 128O6’11.67” – 128O6’44.20” Bujur Timur dan 3O40’56.68” – 3O41’51.32” Lintang Selatan.
Keadaan geografis di permukaan wilayah Jemaat GPM Palungan Kasih memiliki permukaan bumi yang menonjol tinggi yang terdiri atas gunung, lereng gunung dan kaki gunung. Dengan pegunungan adalah daerah yang terdiri atas bukit-bukit dan gunung-gunung yang berbentuk suatu rangkaian. Wilayah Palungan Kasih mengandung tanah tinggi (plato) atau perbukitan yaitu tanah datar dengan ketinggian ratusan meter di atas permukaan laut yang dikelilingi oleh dataran rendah mencapai 200 – 300 meter.
Jemaat GPM Palungan Kasih di sebelah Timur berbatasan dengan Jemaat GPM Getsemani Hative Besar yang disempadani dengan Waipia Besar, sebelah Barat berbatasan dengan Jemaat GPM Tawiri yang disempadani dengan Waiwesa, sebelah Utara berderetan dengan hutan daerah pertanian umat dan Jemaat GPM Hila, dan disebelah Selatan dengan pesisir laut Teluk Ambon Luar. Dengan luas wilayah pelayanan Jemaat diaproksimasi (2.000 x 1.200) meter atau 204 ha. Jika dilihat dari letak geografis wilayah, maka umumnya pemukiman anggota jemaat terfocus pada 2 wilayah yaitu dusun Weti dan Dusun Riang.
Dari tata letak geografis pelayanan, maka dusun weti dan riang terdapat 3 Sektor pelayanan dengan 8 unit pelayanan. Disamping itu, distribusinya warga Gereja Protestan Maluku dalam geografis tersebut bukan hanya secara geofrafis disempadani oleh Waiwesa, Waipia Besar, dan laut, namun perlu disadari bahwa terdistribusinya warga GPM di Palungan Kasih justru dalam kepelbagaian dedominasi Kristiani juga Muslim yang selama kerusuhan hingga kini masih hidup bersama-sama.
Gambar 1. Peta Wilayah Jemaat GPM Palungan Kasih
2.1.2. Jumlah Jiwa/Keanggotaan Jemaat
Jemaat GPM Palungan Kasih ketika dimekarkan dari Jemaat GPM Tawiri pada tanggal 17 Januari 2010, memiliki anggota jemaat sebanyak 678 jiwa, dirinci menurut Sektor dan Unit pelayanan sebagaimana ditampilkan seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Keadaan anggota jemaat sebelum dimekarkan
SEKTOR
|
UNIT
|
JLH KK
|
JUMLAH JIWA
|
KETERANGAN
|
BETHLEHEM
|
I
|
19
|
65
| |
II
|
36
|
140
| ||
EKLESIA
|
I
|
27
|
124
| |
II
|
29
|
106
| ||
GETSEMANI
|
I
|
26
|
108
| |
II
|
26
|
135
| ||
TOTAL
|
6
|
163
|
678
|
Sumber : Tim Kajian Pemekaran Jemaat GPM Tawiri tahun 2008
Dalam dua tahun terakhir perkembangannya, telah terjadi mutasi sejumlah keluarga akibat pindah tugas dan juga ada keluarga baru yang masuk menetap menjadi anggota jemaat. Sesuai hasil pendataan pada September 2011, tercatat anggota jemaat GPM Palungan Kasih berjumlah 767 jiwa dan 183 KK, terdiri atas sektor Bethlehem 67 KK, 275 jiwa, sektor eklesia 71 KK, 285 jiwa, sektor Getsemani 45 KK, 207 jiwa. Jumlah anggota jemaat laki - laki 380 orang atau 50,46 %, jumlah anggota jemaat perempuan 387 orang atau 49,54 %. Dirinci menurut jumlah kepala keluarga pada tiap sektor /unit, jenis kelamin dan status gerejawi seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Keadaan anggota jemaat sampai bulan September 2011
Sektor
|
Unit
|
Jlh kk
|
Jlh Jiwa
|
Jenis kelamin
|
Baptis
|
Sidi
|
Ket.
| |||
L
|
P
|
Sdh
|
Blm
|
Sdh
|
Blm
| |||||
BETHLEHEM
|
I
|
23
|
89
|
41
|
48
|
82
|
7
|
48
|
31
| |
II
|
23
|
92
|
47
|
45
|
86
|
6
|
53
|
38
| ||
III
|
21
|
94
|
50
|
44
|
92
|
2
|
45
|
30
| ||
EKLESIA
|
I
|
28
|
114
|
52
|
62
|
105
|
9
|
70
|
40
| |
II
|
22
|
81
|
37
|
44
|
73
|
8
|
53
|
28
| ||
III
|
21
|
90
|
47
|
43
|
89
|
1
|
48
|
37
| ||
GETSEMANI
|
I
|
21
|
92
|
42
|
50
|
91
|
1
|
50
|
42
| |
II
|
24
|
115
|
64
|
51
|
112
|
3
|
69
|
46
| ||
Total jemaat
|
183
|
767
|
380
|
387
|
730
|
37
|
436
|
292
|
Sumber data : Hasil pendataan Tim Renstra 2011.
Dari angka -angka pada tabel 2 di atas, tercatat sudah baptis 691 orang atau 94,91 %, sudah Sidi 436 orang atau 59,89 %. Dibanding tahun 2009 ketika terjadi pemekaran jemaat maka dalam kurun waktu hampir dua tahun, terjadi penambahan jumlah anggota mencapai 11,60 %, yang dapat mengindikasikan pertambahan jumlah anggota jemaat akan terus meningkat. Dapat diprediksi untuk sepuluh tahun ke depan terjadi penambahan kepala keluarga dapat mencapai 200 s.d 210 kepala keluarga dengan penambahan jiwa dapat mencapai 800 - 900 orang.
Tabel 3. Rekapitulasi Data Anggota Jemaat GPM Palungan Kasih
Menurut Usia
No
|
USIA (Thn/Bln)
|
Betlehem
|
Eklesia
|
Getsemani
|
Total
|
1
|
< 1 - 1.9 Bln
|
9
|
13
|
2
|
24
|
2
|
2 – 3
|
12
|
11
|
8
|
31
|
3
|
4 – 5
|
6
|
7
|
5
|
18
|
4
|
6 – 12
|
52
|
40
|
31
|
123
|
5
|
13 – 15
|
12
|
12
|
24
|
48
|
6
|
16 – 18
|
13
|
20
|
14
|
47
|
7
|
19 – 25
|
34
|
35
|
26
|
95
|
8
|
26 – 30
|
21
|
28
|
7
|
56
|
9
|
31 – 40
|
41
|
45
|
30
|
116
|
10
|
41 – 50
|
37
|
34
|
40
|
111
|
11
|
51 – 60
|
21
|
24
|
9
|
54
|
12
|
61 – 65
|
5
|
6
|
5
|
16
|
13
|
66 – 70
|
6
|
2
|
8
| |
14
|
71 – 75
|
9
|
1
|
1
|
11
|
15
|
76 – 80
|
3
|
2
|
2
|
7
|
16
|
81 – 85
| ||||
17
|
86 – 90
|
1
|
1
| ||
18
|
91 – 95
|
1
|
1
| ||
19
|
96 – 100
| ||||
275
|
285
|
207
|
767
|
Sumber data : Hasil pendataan Tim Renstra 2011
Berdasarkan data Tabel 3, tercatat anggota jemaat yang berusia di bawah 1 bulan hingga 1,9 bulan sebanyak 24 orang (3,13%), yang berusia antara 2 – 3 tahun sebanyak 31 orang (4,04%), yang berusia antara 4 – 5 tahun sebanyak 18 orang (2,35%), yang berusia antara 6 – 12 tahun sebanyak 123 orang (16,04%), yang berusia antara 13 – 15 tahun sebanyak 48 orang (6,26%), yang berusia antara 16 – 18 tahun sebanyak 47 orang (6,13%), yang berusia antara 19 – 25 tahun sebanyak 95 orang (12,39%), yang berusia antara 26 – 30 tahun sebanyak 56 orang (7,30%), yang berusia antara 31 – 40 tahun sebanyak 116 orang (15,12%), yang berusia antara 41 – 50 tahun sebanyak 111 orang (14,47%), yang berusia antara 51 – 60 tahun sebanyak 54 orang (7,04%), yang berusia antara 61 – 65 tahun sebanyak 16 orang (2,09%), yang berusia antara 66 – 70 tahun sebanyak 8 orang (1,04%), yang berusia antara 71 – 75 tahun sebanyak 11 orang (1,43%), yang berusia antara 76 – 80 tahun sebanyak 7 orang (0,91%), yang berusia antara 81 – 85 tahun tidak ada, dan yang berusia antara 86 – 90 tahun sebanyak 1 orang (0,13%), serta yang berusia antara 91 – 95 tahun sebanyak 1 orang (0,13%).
Sesuai level usia anggota jemaat selain usia yang sementara bergerak dan produktif, terdapat usia lanjut 44 orang (5,74%) yang berpotensi untuk mereka dapat membentuk suatu organisasi Lansia, dan organisasi ini akan bersaksi dan melayani Tuhan.
2.1.3. Keadaan sektor, unit, wadah dan organisasi pelayanan
a. Jumlah Sektor dan Unit Pelayanan
Jemaat Palungan Kasih mewadahi anggota jemaat dalam 3 (tiga) wilayah sektor pelayanan dengan pemetaan wilayah pelayanan secara sektoral sesuai letak geografis, daya jangkau dan luas wilayah pelayanan. Sektor-sektor pelayanan tersebut adalah Sektor Bethlehem, Sektor Eklesia dan Sektor Getsemani. Nama dan jumlah sektor yang ada adalah peninggalan pemekaran dari jemaat GPM Tawiri. Pada saat pemekaran, Sektor Bethlehem terdiri atas 2 unit, Sektor Eklesia 2 unit dan Sektor Getsemani 2 unit pelayanan. Setelah pemekaran, dilaksanakan pemekaran unit pelayanan mengingat jumlah jiwa dan kepala keluarga sudah memungkinkan. Sektor Bethlehem dimekarkan menjadi 3 unit pelayanan, Sektor Eklesia 3 unit pelayanan dan Sektor Getsemani tetap 2 unit pelayanan. Dengan demikian Jemaat GPM Palungan Kasih memiliki tiga sektor dan delapan unit pelayanan. Penatalayan Sektor dikoordiner oleh Badan Koordinator Pelayanan (Bakopel) sektor. Personalia Bakopel Sektor terdiri dari unsur Majelis Jemaat yang berada di sektor, dibantu oleh unsur pimpinan unit dan wadah pelayanan dalam sektor yang berjumlah antara 7 – 9 orang, sedangkan jumlah pengurus unit dan wadah antara 9 – 12 orang. Jumlah kepala keluarga dan jiwa tiap sektor dan unit pelayanan dapat dilihat pada tabel 2 di atas.
b. Wadah Pelayanan
Selain sektor dan unit, jemaat Palungan Kasih memiliki wadah pelayanan perempuan dan wadah pelayanan laki - laki. Masing - masing wadah pelayanan berada pada tiap sektor pelayanan sehingga ada tiga wadah pelayanan perempuan dan tiga wadah pelayanan laki-laki sesuai jumlah sektor yang ada. Manajemen penatalayanan wadah pelayanan perempuan dan laki-laki, berlangsung secara intergratif dan terkoordinatif dengan Komisi Pelayanan Perempuan dan Komisi Pelayanan Laki-laki pada tingkat jemaat . Jumlah personalia kepengurusan wadah, antara 9 – 14 orang.
c. Organisasi Pelayanan lainnya
Selain Komisi- komisi Pelayanan, sektor, unit dan wadah pelayanan yang terstruktur dalam GPM di tingkat jemaat, ada pula organisasi penunjang pelayanan dalam jemaat yang pengelolaannya terintegrasi dan kordinatif dengan majelis jemaat. Organisasi-organisasi tersebut adalah, Paduan Suara Sektor, Paduan Suling, Vocal Group, AMGPM Ranting Palungan Kasih, serta Muhabet Oikumene.
- Paduan Suara Sektor, difungsikan secara bergilir mengisi liturgi ibadah pada pelayanan ibadah minggu dan Ibadah lainnya di gereja. Berhubung belum dibentuk kepengurusannya maka untuk sementara dikoordiner oleh majelis jemaat di sektor. Tiap sektor memiliki satu paduan suara dan keterlibatan anggota jemaat di dalamnya cukup baik, berkisar antara 20 – 30 orang tiap paduan suara.
- Paduan Suling, difungsikan melayani ibadah minggu dan ibadah lainnya digereja, berlangsung secara bergantian dengan orgen/keyboard. Keaktifan anggota paduan suling masih belum memadai, sehingga jumlah kehadiran pada pelayanan ibadah rata - rata setengah dari jumlahanggota yang sebenarnya.
- Vocal group, belum terbentuk secara resmi namun telah berada pada sektor-sektor dan unit serta angkatan muda GPM. Difungsikan untuk mengisi liturgi ibadah jemaat.
- AMGPM Ranting Palungan Kasih, adalah satu-satunya wadah AMGPM dalam jemaat Palungan Kasih. Aktifitasnya berlanggsung normal, dan unsur Majelis Jemaat berada dalam struktur selaku pembina.
- Muhabeth Oikumene, adalah organisasi kemasyarakatan non struktural dari Jemaat GPM Palungan Kasih, tetapi dijadikan sebagai mitra gereja/jemaat, karena bersama-sama dengan Majelis Jemaat melayani anggota jemaat yang meninggal dunia sampai proses pemakaman.
2.1.4. Eksistensi perangkat pelayan
Selain anggota Majelis Jemaat yang berjumlah 16 orang (tidak termasuk pendeta), pada Jemaat Palungan Kasih terdapat 113 orang anggota jemaat yang terlibat selaku perangkat pelayan. Penyebarannya pada Unit 52 orang atau 37,95 %, wadah pelayanan laki-laki 26 orang atau 18,97 %, pelayanan perempuan 19 orang atau 13,86 %, pengasuh SMTPI / Remaja 13 orang atau 9,48 % dari keseluruhan jumlah perangkat pelayan sebanyak 137 orang termasuk majelis jemaat. Dari 137 orang perangkat pelayan tersebut, yang sangat aktif 36 orang atau 26,28 %, cukup aktif 84 orang atau 61,31 % dan yang kurang aktif 17 orang atau 12,41 % dengan alasan tidak ada waktu karena pekerjaan lain. Perangkat pelayan di tingkat jemaat adalah ujung tombak pelayanan gereja dalam mewujudkan misi gereja menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di dunia (Matius 28 :19, Kejadian 17:17; Kisah Para Rasul 2 : 39). Jika ujung tombak ini menjadi lemah dan ingkar/mundur dari tugas panggilannya sebagai murid, maka akan menjadi masalah bagi gereja dan panggilannya. Sebanyak 75 orang dari 137 orang perangkat pelayan yang ada atau 54,74 % menyatakan diri masih pikir-pikir untuk bersedia lagi jika dimintakan kesediaannya menjadi perangkat pelayan ke depan, bahkan 9 orang diantaranya atau 13,86 % menyatakan tidak bersedia lagi dipilih menjadi perangkat pelayan, dengan alasan memberi kesempatan kepada orang lain. Mudah-mudahan alasan ini tidak dilatarbelakangi oleh kecendrungan sikap apatis untuk tugas kemuridan. Sebanyak 35 orang atau 25.54 % menyatakan keprinsipannya untuk tetap bersedia jika diminta menjadi pelayan Tuhan dengan alasan rindu melayani pekerjaan Tuhan, menghargai kepercayaan yang diberikan dan merasa bertanggungjawab sebagai anak Tuhan.
2.1.5. Keadaan sosial budaya
Jumlah Penduduk asli negeri Tawiri sebagai anggota jemaat GPM Palungan Kasih, hanya sebanyak 37 kk atau 21,15 % sedangkan penduduk pendatang sebanyak 146 kk atau 78,85 %. Penduduk pendatang berasal dari berbagai suku dan daerah antara lain dari kota/pulau Ambon 81 kk atau 46,28 %, Maluku Tengah sebanyak 60 kk atau 34,28 %, Maluku Barat Daya (MBD) 12 kk atau 6,85 % , MTB sebanyak 6 kk atau 3,42 %, Maluku Tenggara 5 kk atau 2,85 %, SBB 5 kk atau 2,85 %, Buru Selatan 2 kk atau 1,14 % dan yang berasal dari luar Maluku 6 kk atau 3,42 %.
Tidak saja pluralisme itu terjadi pada anggota jemaat, namun pada wilayah Jemaat Palungan Kasih dihuni pula oleh warga gereja dari aliran gereja – gereja saudara yang berlatar belakang sosial berbeda-beda sesuai asal usul mereka, termasuk didalamnya beberapa keluarga yang berasal dari komunitas muslim (Lampiran 2). Dalam realitas komunal yang heterogen itu, membawa konsekwensi logis terjadinya interaksi sosial budaya yang pluralis. Gereja selaku tubuh Kristus melihat perbedaan tersebut bukan sebagai sebuah ancaman, namun sebagai sebuah kekuatan untuk saling melengkapi dan membangun sebuah keutuhan ciptaan bagi perspektif kehidupan yang bermakna, (I Korintus 12 : 12-27). Filosofi keimanan ini, telah mewarnai kehidupan jemaat sehingga berlangsung perilaku kehidupan saling menerima perbedaan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini didasari oleh pengalaman empiris, serta pengakuan anggota jemaat sebanyak 94,85 % yang merasa tidak terganggu keberadaannya dengan adanya berbagai suku di lingkungan mereka.
Selaku masyarakat berbudaya, jemaat GPM Palungan Kasih membangun kehidupan dalam kebersamaan dan tetap memelihara budaya gotong royong (97,14 %) serta masih menjadikan sasi (45,4 %) dalam pemeliharaan tanaman maupun lingkungannya. Dari aspek adat, kecendrungan menerima dan melaksanakan adat setempat sebagai kearifan lokal cukup menonjol. Hal ini terbukti ketika pelaksanaan perkawinan maupun kepemilikan hak atas tanah dan kekayaan alam diatur oleh hukum adat setempat. Sebanyak 53,14 % warga jemaat mengakui dan mewujudkannya.
2.1.6. Keadaan Ekonomi Jemaat
a. Pekerjaan/mata pencaharian
Sumber Daya Manusia yang produktif menghasilkan pendapatan finansial di Jemaat GPM Palungan Kasih berjumlah 222 orang atau 30,49 % dari keseluruhan anggota jemaat yang ada, sebagaimana dirinci dalam tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Jenis pekerjaan anggota jemaat
Pekerjaan
|
Jumlah menurut sektor dan unit
|
Total
| |||||||
Bethlehem
|
Eklesia
|
Getsemani
| |||||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
| ||
PNS
|
3
|
6
|
3
|
3
|
1
|
2
|
5
|
11
|
33
|
Pegawai Swasta
|
5
|
8
|
5
|
12
|
5
|
2
|
7
|
5
|
39
|
Petani
|
4
|
1
|
6
|
12
|
10
|
13
|
11
|
1
|
60
|
Nelayan
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
1
|
1
|
2
|
6
|
Pedagang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Wirausaha
|
6
|
4
|
3
|
6
|
5
|
5
|
3
|
8
|
40
|
TNI/POLRI
|
1
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
2
|
1
|
7
|
Pensiunan
|
5
|
5
|
-
|
1
|
1
|
1
|
3
|
5
|
21
|
Tukang/supir
|
-
|
1
|
-
|
7
|
3
|
1
|
1
|
3
|
16
|
Jumlah
|
25
|
26
|
17
|
43
|
27
|
34
|
33
|
37
|
222
|
Sumber data: Hasil pendataan Tim Renstra 2011.
Berdasarkan data tabel 3 di atas, yang bekerja sebagai PNS 33 orang atau 14,86 %, pegawai swasta 39 orang atau 17,56 %, petani 60 orang atau 27,02 %, nelayan 6 orang tau 2,70 %, pedagang 0 %, wirausaha 40 orang atau 18,01 %, TNI/POLRI 7 orang atau 3,15 %, Pensiunan 21 orang atau 9,45 %, supir 16 orang atau 7,20 %.
Dari pekerjaan anggota jemaat yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber pendapatan yang handal sesuai potensi sumber daya alam yang ada adalah petani dan wirausaha pengusaha batu bata/ tela. Sebagai gambarannya, didapatkan petani yang memiliki lahan di atas 1 – 3 hektar sebanyak 29 orang yang sudah ditanami tanaman umur pendek berupa sayur sayuran dan umbi - umbian hanya menghasilkan uang dalam waktu 3 – 6 bulan berkisar Rp. 250.000 s.d Rp. 1.500.000 serta tanaman umur panjang berupa cengkeh, durian, pala, kelapa dan cokelat, dengan penghasilan yang diperoleh dalam waktu 6 s.d 1 tahun hanya berkisar antara satu sampai dengan lima juta rupiah.
Sangat disayangkan, kegiatan pertanian mereka pada lahan yang luas dan potensial tersebut masih dikerjakan secara tradisional karena sebanyak 55 orang petani atau 91,66 % belum pernah mengikuti kursus tani guna penambahan pengetahuan mereka, sehingga pengolahan lahan dan penanaman masih serba tradisional.
Sedangkan wirausaha batu bata/tela sebanyak 24 kk atau 13,71 %, dianggap sudah cukup memadai, namun usaha mereka masih belum menggembirakan. Sebagai gambaran, didapati jumlah produksi setahun < 10.000 buah sebanyak 8 orang atau 33,33 %, > dari 10.000 buah 7 orang atau 29,16 %, > dari 20.000 buah 5 orang atau 20,83 %, dan > 30.000 buah, sebanyak 5 orang atau 20,83 %. Dilihat dari jumlah produksi, masih belum memadai jika dilihat dari potensi alam yang tersedia. Dengan rendahnya produksi, berdampak pula pada jumlah penghasilan yang diperoleh. Dalam satu tahun, hanya 13 pengusaha yang dapat mencapai 10 juta rupiah, sedangkan perolehan pendapatan antara 10 juta s.d 30 juta rupiah 11 orang.
Masalah-masalah seperti pemasaran, kesulitan bahan bakar, modal usaha dan kesulitan tenaga kerja terampil merupakan aspek penanggulangan yang mesti mendapat perhatian ke depan.
b. Potensi Sumber Daya Alam
Jemaat GPM Palungan Kasih berada pada tiga dusun petuanan negeri Tawiri yaitu dusun Wessa, Weti, dan Riang. Di ujung Wesa berbatasan dengan jemaat Tawiri, dialiri sungai wai Wesa, didusun Weti dialiri sungai Wai Weti dan di ujung dusun Riang berbatasan dengan Jemaat Hatiwe Besar, dialiri sungai Waipia Besar. Disepanjang sungai Wesa, bertumbuh ratusan pohon sagu yang oleh pemerintah akan dijadikan sebagai daerah pengembangan industri sagu. Pada sungai wai Weti, dimanfaatkan oleh warga masyarakat sebagai tempat cucian pakaian, sumber air minum, serta dengan seijin pemerintah negeri masyarakat dapat mengambil batu secukupnya untuk keperluan membangun rumah. Di sepanjang tepian pantai dari dusun wesa sampai ujung Riang, bertaburan batu kerikil dan pasir putih yang selalu dimanfaatkan masyarakat untuk membangun rumah dan terkandang dimanfaatkan oleh orang tertentu untuk dijual demi pemenuhan kebutuhan keluarga.
Pada lautan yang dangkal ditepian pantai, terkandang menghasilkan ikan lema, make, dll oleh tangkapan warga yang menggunakan jaring tasik. Sedangkan pada laut dangkal yang jauh dari tepi pantai, terdapat nelayan-nelayan yang mengail ikan, bodi jaring, serta bagan tangkapan ikan, rompong dll. Pada lingkungan hunian masyarakat, masih terdapat lahan-lahan kosong milik warga yang dimanfaatkan untuk penanaman tanaman umur pendek seperti sayur, pisang dan umbi-umbian. Pada kawasan hutan, terbentang areal yang luas dan subur, sebagian telah diolah oleh warga masyarakat (termasuk anggota jemaat) tetapi masih terdapat sebagian besar lahan yang belum diolah. Terhadap potensi sumber daya alam tersebut , jemaat cukup memiliki kepedulian untuk memelihara kelestariannya dengan turut serta menanam pohon di hutan, bahkan lebih dari 90 % anggota jemaat sudah melaksanakannya, dan menyambut baik pelarangan penebangan hutan, pengambilan galian C (pasir, kerikil) disekitar sungai dan pantai.
2.1.7. Keadaan Pendidikan Dan Ketersediaan Sumber Daya Warga Gereja
Kualitas sumber daya warga gereja Jemaat GPM Palungan Kasih jika ditinjau dari tingkat pendidikan, masih belum memadai. Hal ini terlihat pada prestasi strata pendidikan seperti tergambar pada tabel berikut.
Tabel 4. Keadaan pendidikan Jemaat GPM Palungan Kasih
JENJANG
|
STATUS
|
SEKTOR
|
JUMLAH
| ||
PENDIDIKAN
|
Betlehem
|
Eklesia
|
Getsemani
| ||
SD
|
Tidak Tamat
|
2
|
14
|
0
|
16
|
Sedang Sekolah
|
29
|
45
|
42
|
116
| |
Pendidikan Terakhir
|
16
|
30
|
21
|
67
| |
SLTP
|
Tidak Tamat
|
10
|
2
|
12
| |
Sedang Sekolah
|
16
|
14
|
17
|
47
| |
Pendidikan Terakhir
|
14
|
22
|
12
|
48
| |
SLTA
|
Tidak Tamat
|
1
|
4
|
1
|
6
|
Sedang Sekolah
|
15
|
12
|
16
|
43
| |
Pendidikan Terakhir
|
81
|
69
|
49
|
199
| |
STRATA 1 (S1)
|
Tidak Tamat
|
1
|
1
| ||
Sedang Kuliah
|
13
|
9
|
14
|
36
| |
Pendidikan Terakhir (D1)
|
2
|
0
|
0
|
2
| |
Pendidikan Terakhir (D3)
|
6
|
10
|
2
|
18
| |
Pendidikan Terakhir (S1)
|
9
|
12
|
18
|
39
| |
STRATA 2 (S2)
|
Tidak Tamat
| ||||
Sedang Kuliah
|
1
|
1
|
2
| ||
Pendidikan Terakhir
|
1
|
1
|
2
| ||
STRATA 3 (S3)
|
Tidak Tamat
| ||||
Sedang Kuliah
| |||||
Pendidikan Terakhir
| |||||
TOTAL
|
204
|
253
|
197
|
654
|
Sumber data: Hasil pendataan Tim Renstra 2011
Berdasarkan data yang disajikan dalam table di atas, diplot grafik prosentasi anggota jemaat menurut jenjang pendidikan sesuai dengan status kependidikannya, seperti ditampilkan dalam gambar 2.
Jumlah terbesar tingkat pendidikan jemaat GPM Palungan Kasih jika dipresentasikan menurut jenjang pendidikan, maka tamatan SMA /sederajat adalah yang terbanyak yaitu 199 orang atau 30,43 % dan SD /sederajat sebesar 67 orang, atau 10,24 %, serta SLTP/ sederajat 48 orang atau 7,34 %. Sedangkan S1 sebanyak 39 orang atau 5,96 % dan S2 hanya 2 orang atau 0,31 %, sementara yang masih berada di Perguruan Tinggi berjumlah 38 orang atau 5.81%. Dari gambaran secara kuantitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sumber daya warga gereja pada jemaat GPM Palungan Kasih relatif mulai berkembang dan diharapkan 5-10 tahun kedepan telah memadai secara kuantitas maupun kualitas.
2.1.8. Keadaan Kesehatan
Secara umum, kesehatan anggota jemaat GPM Palungan Kasih berada dalam kondisi relatif baik, karena tidak ditemui adanya warga gereja yang menderita penyakit secara akut seperti cacat phisik terdapat 1 orang, cacat mental terdapat 3 orang, tuna rungu, tuna netra dan sejenisnya. Tidak pula ditemui anggota jemaat yang mengidap penyakit menular seperti TBC, kusta dan lain-lain. Jenis penyakit yang lasim dialami jemaat adalah sama dengan keluhan kebanyakan masyarakat terhadap jenis penyakit flu, batuk, demam, malaria, diare, dan terkadang ada yang mendapat gangguan ginjal, itupun dalam jumlah yang sangat kecil. Pada umumnya, penyakit yang dialami anggota jemaat tersebut diakibatkan oleh polusi udara, perubahan iklim, lingkungan yang kotor, serta air minum yang kurang sehat.
Terhadap aspek kesehatan, pada umumnya anggota jemaat telah memiliki kesadaran yang tinggi yaitu dengan memanfaatkan puskesmas atau rumah sakit untuk keperluan pemeriksaan dan pengobatan. Tercatat sebanyak 107 kepala keluarga atau 61,14 % anggota jemaat sudah memiliki kartu askes, jamkesda atau kartu lainnya untuk untuk keperluan perawatan kesehatan.
2.1.9. Pembinaan Umat
Gereja selaku orang percaya diharapkan berkembang dan bertumbuh dalam iman yang kokoh terhadap Yesus Kristus dan mampu mengaplikasikan imannya itu dalam perbuatan nyata sebagai wujud keterpanggilannya untuk bersaksi dan melayani.
Untuk mendapatkan sosok warga gereja yang demikian, gereja selaku institusi perlu melaksanakan pembinaan kepada umatnya secara terprogram, berkesinambungan dan dapat dirasakan hasil capaiannya. Pembinaan umat di jemaat Palungan Kasih dilakukan sesuai program prioritas pelayanan GPM bidang profil keumatan yang mencakup aspek theologi, moral dan spiritualitas. Berikut adalah gambaran pembinaan umat pada jemaat Palungan Kasih.
- Pendidikan Formal Gereja ( PFG)
- Sekolah Minggu dan Pekabaran Injil
Melaksanakan penguatan kapasitas pegasuh SMTPI/Remaja Gereja terhadap silabus/kurikulum, materi pembelajaran dan metedologi mengajar. Kegiatan pembinaan berupa lokakarya dan pelatihan serta bimbingan pengasuh pada setiap minggu. Pelaksanaan SMTPI dan Remaja berlangsung hari minggu selesai ibadah pagi dan sore hari sesuai program pembelajaran.
- Pendidikan katekesasi, dilaksanakan 2 x dalam seminggu dengan mempedomani kurikulum yang berlaku dan berjalan sesuai rencana pemblajaran. Kesadaran siswa cukup baik dan intensitas kehadiran cukup baik.
- Pembinaan melalui pelayanan doa dan pastoralia
Dilaksanakan melalui perkunjungan Majelis/Pendeta ke rumah-rumah , pelayanan doa orang Sakit di rumah / rumah sakit, pelayanan doa HUT pernikahan dan HUT kelahiran, serta pelayanan khusus untuk keluarga-keluarga bermasalah.
- Pembinaan spiritualitas terpadu
Dilaksanakan melalui peribadahan, khotbah, meditasi dan pemahaman Alkitab. Selain ibadah minggu, dilaksanakan ibadah unit pada setiap jumat, ibadah pelayanan laki-laki pada setiap hari selasa, ibadah pelayanan perempuan setiap hari rabu, ibadah pemuda setiap hari kamis, ibadah sektor/ kunci usbu pada setiap hari sabtu dan ibadah keluarga Majelis dan Tuagama pada minggu II dan IV setiap bulan berjalan serta ibadah Pengasuh pada minggu I dan III setiap bulan berjalan. Kehadiran jemaat dalam ibadah minggu dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, demikian pula pada ibadah unit, sektor dan pelayanan perempuan. Sedangkan kehadiran laki-laki dalam ibadah pelayanan laki-laki belum terlalu menggembirakan.
- Keadaan wadah /organisasi pelayanan gereja
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Jemaat GPM Palungan Kasih terdiri atas 3 sektor pelayanan yang terbagi dalam 8 unit pelayanan, 3 wadah pelayanan Laki-laki dan 3 wadah pelayanan perempuan sesuai jumlah sektor yang ada. Sedangkan pada tingkat jemaat ada Sub-Komisi Anak Remaja, Sub-Komisi Perempuan, Sub-Komisi Laki-laki, Komisi Pikom, Komisi Finek dan Komisi Pelpem. Keadaan wadah dan organisasi pelayanan tersebut tetap eksis melaksanakan misinya sesuai program dan walaupun ada kendala, namun tidak berdampak apa-apa bagi kelangsungan tugas dan panggilannya.
Untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas perangkat pelayan, oleh jemaat dilaksanakan berbagai program penyuluhan, ceramah, diskusi, dan pelatihan/lokakarya. Hal ini diakui oleh 93 orang pengurus wadah organsasi atau 67,88 % yang merasakan telah mendapatkan pengetahuan yang memadai dari gereja. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi adalah masalah-masalah internal keluarga seperti faktor ekonomi, tugas pokok, desharmoni dalam keluarga yang terkadang mengganggu tugas-tugas selaku perangkat pelayan.
- Problematika
2.2.1. Problem Profil Keumatan
1. Aspek teologi, moral dan spiritual
- Pelaksanaan ibadah-ibadah dalam jemaat seperti ibadah minggu di gereja, ibadah Sektor, ibadah unit, ibadah wadah pelayanan laki-laki dan perempuan, serta ibadah-ibadah lainnya pada satu tahun terakhir, menunjukkan peningkatan, namun secara kuantitatif masih jauh dari memadai.
Statistik kehadiran jemaat dalam setiap ibadah Minggu di gereja, menunjukkan angka berkisar antara 200 – 400 orang, kebanyakan kaum perempuan dan anak remaja. Artinya, prensentasi kehadiran anggota jemaat pada ibadah minggu hanya mencapai 50 – 60 % dari jumlah anggota jemaat sebanyak 728 orang. Demikian pula pada ibadah sektor, unit, dan apalagi ibadah pelayanan laki-laki, kehadiran anggota jemaat hanya berkisar antara 40 – 50 % dari jumlah anggota jemaat di sektor/unit masing-masing.
Rumusan masalah :
Kehadiran jemaat, terutama pemuda dan bapak-bapak untuk beribadah masih belum memadai.
- Refleksi Firman seringkali tidak menyentuh konteks kehidupan jemaat sehingga belum berdampak pada perubahan perilaku seperti yang diharapkan oleh pemberitaan Firman tersebut.
Rumusan masalah :
Kurang diberlakukan liturgi kontekstual dalam jemaat
- Masih adanya kesulitan dari tahun ke tahun untuk mendapatkan kesediaan anggota Pengurus Wadah Pelayanan Laki-laki atau Wadah Pelayanan Perempuan. Sesuai data dan informasi Panitia Pemilihan Majelis periode 2010-2015, pada beberapa sektor terjadi kesulitan mendapatkan calon Majelis Jemaat karena Sumber Daya Warga Gereja sangat terbatas. Demikian pula terhadap Kordinator Unit dan wadah–wadah pelayanan. Alasan-alasan yang dikemukakan adalah tidak mampu, ada tugas pokok, masalah keluarga dan lain-lain.
Rumusan masalah:
Kapasitas Sumber Daya Warga Gereja dan tanggungjawab melayani pekerjaan Tuhan dikalangan umat masih rendah.
- Pada wilayah pelayanan Jemaat Palungan Kasih, terdapat pula beberapa gereja saudara seperti Gereja Pantekosta, Sidang Jemaat Allah, Bethani, Gereja Kristen Indonesia dan Gereja Katolik (Lampiran 2), dan berdasarkan lampiran ini dapat ditampilkan grafik keadaan jemaat non-GPM seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Jumlah anggota jemaat non-GPM
Sebelum Jemaat Palungan Kasih dimekarkan dari Jemaat GPM Tawiri, ada beberapa keluarga anggota jemaat yang beralih ke aliran gereja tersebut. Pada tahun 2011 ini, ada satu keluarga yang beralih ke aliran gereja Bethani, dengan alasan, di GPM mereka merasa jauh dari Tuhan. Setelah direcek keberadaanya dilingkungan sekitar, ternyata perilaku yang bersangkutan kurang empati dan sering membuat ulah dengan tetangga sesama warga jemaat Palungan Kasih.
Rumusan masalah:
Ketahanan iman dan pemahaman bergereja dikalangan anggota jemaat perlu ditingkatkan.
2.2.2. Aspek ekonomi
- Sebanyak 60 % Jemaat Palungan Kasih berpekerjaan pokok sebagai petani, namun penghasilan mereka masih sangat rendah. Ternyata pola tani mereka tidak profesional dan tidak memanfaatkan lahan secara maksimal. Ada kecenderungan, hasil pertanian hanya untuk stok makanan cadangan sedangkan kerja lain untuk mendapatkan uang lebih dipentingkan.
Rumusan masalah:
Potensi petani dan sumber daya alam belum diberdayakan secara maksimal untuk penguatan ekonomi keluarga.
- Pengusaha Batu Bata / Tela cukup banyak yakni 24 pengusaha, tetapi produksi dalam setahun belum terlalu menggembirakan. Terbanyak dari mereka hanya memproduksi kurang dari 20.000 buah setahun. Jumlah produksi yang demikian mempengaruhi dan sebagian besar atau 54,16 % yang berpenghasilan di bawah 10 juta rupiah setahun.
Faktor-faktor yang masih menjadi ganjalan adalah pekerjaan olah tanah masih secara manual dan terbatasnya modal usaha, juga kesulitan pemasaran dan kurangnya tenaga kerja terampil.
Rumusan masalah:
Profesionalisme pengusaha Batu Bata / tela belum memadai disebabkan pengolahan tanah masih secara manual dan kurangnya tenaga terampil, modal usaha serta akses pemasaran belum lancar.
- Lautan sebagai sumber daya alam yang potensial seharusnya dapat dijadikan sumber mata pencarian ikan untuk penguatan ekonomi keluarga, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun laut yang potensial tersebut belum dimanfaatkan oleh warga gereja jemaat Palungan Kasih. Tercatat hanya 6 orang yang berprofesi sebagai nelayan tradisional dengan pendapatan rata-rata dapat mencapai lima ratus ribu rupiah sebulan. Dengan memperhatikan potensi sumber daya alam (laut) dan potensi anggota jemaat, perlu kiranya dikembangkan profesi nelayan secara kuantitas dan kualitas. Artinya, jumlah nelayan harus bertambah dengan usaha perorangan maupun kelompok dengan meningkatkan skala daya tangkapan ikan, (jaring bodi, bagan, rompong dan lain-lain).
Rumusan masalah:
Kuantitas, kualitas dan profesionalitas nelayan masih sangat rendah menyebabkan potensi sumber daya alam laut belum dapat dimanfaaatkan seluas-luasnya untuk kesejahteraan umat.
- Pengusaha tani, nelayan dan usaha tela selama ini kurang produktif karena tidak didukung oleh fasilitator internal dan kerjasama dengan pemerintah daerah atau pihak-pihak terkait yang dapat diminta bantuannya.
Rumusan masalah:
- Jalinan kerjasama dengan pemerintah Provinsi atau Kota yang belum terlaksana selama ini harus diberlakukan.
- Badan Usaha Jemaat yang belum ada harus dibentuk
2.2.3. Aspek Hukum
- Masih sering terjadi kasus-kasus rumah tangga yang menyebabkan terjadinya disharmoni dalam keluarga yang dibarengi dengan tindakan kekerasan. Diketahui beberapa penyebabnya adalah faktor selingkuhan, konsumsi minuman keras dan perjudian.
Rumusan masalah :
- Kesadaran sebagian jemaat terhadap aspek HUKUM dan HAM belum memadai.
- Pemahaman akan bahaya konsumsi minuman keras, perselingkuhan dan perjudian dikalangan sebagian jemaat masih dianggap sepele.
b. Kepemilikan tanah menjadi problem yang cukup serius karena terkendala oleh proses sertifikasi. Tercatat sebanyak 78 keluarga yang belum memilki sertifikat tanah walaupun diantaranya sudah pernah diproses oleh Badan Pertanahan.
Rumusan masalah :
Perlindungan hukum terhadap hak atas tanah jemaat belum terlayani dengan baik.
c. Ditemui beberapa kasus bahwa anak di bawah usia telah dieksploitasi untuk kepentingan keluarga dengan tidak memperhatikan hak-hak hidupnya.
Rumusan masalah :
Perlindungan hak anak belum diberlakukan secara baik.
2.2.4. Aspek Budaya
Sasi sebagai kearifan lokal di negeri Tawiri terasa semakin mulai ditinggalkan oleh masyarakat pada hal sebagai nilai budaya lokal, harus dilestarikan.
Rumusan masalah :
Pelaksanaan sasi gereja/negeri belum dilaksanakan harus diefektifkan.
2.2.5. Aspek Pendidikan
a. Proses pembelajaran Pendidikan SMTPI/Remaja yang berlangsung di gereja seusai ibadah minggu, masih belum memadai sesuai program pembelajaran disebabkan waktu yang singkat, komitmen pengasuh yang kurang, dan belum memadainya kapasitas pengasuh serta kehadiran anak-anak masih kurang.
Rumusan masalah:
- Proses pembelajaran pendidikan SMTPI/Remaja belum terlaksana sesuai program pembelajaran.
- Kepedulian orang tua belum maksimal
b. Perangkat pelayan yang ada sekarang belum memadai dalam memahami dimensi kepelayanannya, adalah output dari pendidikan katekesasi sebagai media pendidikan formal gereja. Ini berarti ada kekurangan pada proses pembelajaran pendidikan katekesasi yang harus dibenahi. Apakah proses pembelajaran katekesasi sudah berkualitas?
Rumusan masalah:
Pendidikan katekesasi belum dilaksanakan secara maksimal.
c. Latar belakang pendidikan anggota jemaat menunjukkan bahwa pada sepuluh tahun terakhir, kepedulian jemaat untuk menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan tinggi sangat kurang. Jumlah jenjang pendidikan terakhir SMA sebanyak 204 orang, diploma 20 orang dan sarjana (S1) 28 orang serta magister (S2) 2 orang, adalah indikator rendahnya studi lanjut ke jenjang pendidikan tinggi. Data terakhir menunjukkan masih terjadi anak putus sekolah di SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi walaupun dalam jumlah yang kecil, namun hal ini tidak boleh terjadi. Masalah ekonomi keluarga, pergaulan bebas anak menjadi faktor penyebab yang menonjol.
Rumusan masalah:
Kemampuan dan pemahaman serta daya juang orang tua untuk menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan tinggi masih rendah.
d. Pendidikan Usia Dini bagi Anak-anak di bawah usia sekolah (play group), dianggap penting oleh pemerintah sehingga oleh Kementerian Diknas memprogramkannya.
Anak-anak di bawah usia sekolah di Jemaat Palungan Kasih perlu di-playgroup-kan guna mendapatkan bibit unggul ke jenjang Sekolah Dasar.
Rumusan masalah :
Fasilitas dan tenaga pendidik untuk menyelenggarakan pendidikan usia dini (playgroup) belum terpenuhi.
2.2.6. Aspek Kesehatan
a. Penyakit menonjol yang banyak diderita oleh jemaat adalah malaria yang disebabkan oleh bekas rawa yang masih ada di pusaran daerah Riang, Weti dan Wesa serta sistem sanitasi lingkungan yang belum tertata. Dinas kesehatan Kota Ambon belum melaksanakan pencegahan maupun pengobatan serta pemerintah negeri belum memprogramkan pembangunan jalan dan sanitasi lingkungan. Sejauh ini jemaat belum mensinergi program pembenahan lingkungan dengan pemerintah negeri.
Rumusan masalah :
- Selama ini belum dilaksanakan program kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Ambon untuk penyuluhan, pencegahan dan pengobatan penyakit malaria.
- Kerjasama dengan pemerintah negeri belum disinergikan.
- Kesulitan air bersih untuk konsumsi keluarga menjadi masalah yang tak dapat diatasi oleh masyarakat/jemaat di daerah Riang dan sekitarnya. Jemaat mendapatkan air bersih melalui beberapa titik sumber air yang terbatas intensitas volumenya dan juga dipengaruhi oleh kadar zat belerang yang tinggi.
Rumusan masalah :
Upaya dengan instansi terkait perlu dilakukan.
2.2.2. Problem Profil Pelayan
1. Aspek teologi, moral dan spiritual
a. Kesadaran umat terhadap tugas panggilan dan pengutusan relatif memadai karena 137 orang bersedia menerima tanggungjawab menjadi pelayan jemaat untuk mengisi fungsi-fungsi pelayanan gereja. Mereka melaksanakan fungsi dan perannya tanpa pamrih walaupun menghadapi banyak tantangan secara internal maupun eksternal.
Namun, sebagai pelayan mereka adalah manusia biasa yang terkadang goyah ketahanan imannya. Ada kecenderungan terjadinya kegoyahan iman, dan dapat terindikasi dari pengakuan 75 orang perangkat pelayan yang menyatakan masih pikir-pikir untuk menerima tugas sebagai pelayan ketika masa baktinya berakhir, bahkan sebanyak 19 orang menyatakan tidak bersedia lagi. Artinya 94 orang atau 68,61% berada dalam kegoyahan iman terhadap tugas panggilan dan pengutusan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap pelayan menjadi demikian antara lain ekonomi keluarga, disharmoni dalam keluarga, tugas pokok, serta sikap sesama pelayan kurang familiar.
Rumusan masalah :
Kesadaran umat terhadap tugas panggilan dan pengutusan relatif baik, namun ketahanan iman dan semangat solidaritas sesama pelayan perlu selalu ditingkatkan.
b. Masalah-masalah sosial sering terkontaminasi dan berpengaruh terhadap pelayanan gereja. Masalah minuman keras, perjudian, perkelahian, perselingkuhan, sering merusak rumah tangga dan persekutuan umat. Majelis Jemaat atau perangkat pelayan belum maksimal melaksanakan tugas pastoralianya karena kemampuannya terbatas.
Rumusan masalah :
Kemampuan pastoralia perangkat pelayan belum memadai.
- Kurang hadirnya anggota jemaat dalam ibadah-ibadah minggu, unit dan wadah-wadah, salah satu penyebabnya adalah penguasaan materi dan model-model ibadah yang belum kreatif.
Rumusan masalah:
Kapasitas perangkat pelayan belum memadai, terutama dalam penyusunan renungan dan teknik berkhotbah karena kurang mendapat pelatihan tentang penyusunan renungan dan teknik-teknik berkhotbah.
- Tugas-tugas perangkat pelayan kurang dihayati dengan baik sehingga tanggung jawab pelayanan sering terabaikan.
Rumusan masalah:
Komitmen perangkat pelayan terhadap tugas panggilannya masih lemah.
2. Aspek Ekonomi
Standarisasi gaji Pendeta dibanding dengan tingkat kemahalan dewasa ini sungguh tidak seimbang, sementara fokus Pendeta hanya untuk pelayanan dan tidak berpeluang lain untuk menambah pendapatan bahkan kebutuhan keluarga menjadi terabaikan.
Transportasi pelayanan ke rumah sakit di pusat kota sangat memakan biaya disamping tugas-tugas lain yang harus dijalani dan pelayanan kesehatan Pendeta, juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Rumusan masalah :
Anggaran belanja pada APBJ untuk pos anggaran dana taktis dan kesejahteraan pendeta masih belum memadai.
3. Aspek Pendidikan
Pendeta Jemaat perlu mengembangkan dirinya untuk peningkatan kapasitas guna menjawab perubahan.
Rumusan masalah:
Dibutuhkan dana penunjang studi lanjut Pendeta.
4. Aspek Pluralisme Agama
Perangkat pelayan selaku pemimpin umat memiliki peran untuk memberikan pemahaman kepada jemaat tentang pluralisme agama dan budaya guna mencegah perbedaan cara pandang yang dapat berakibat terjadinya konflik sosial. Realitas menunjukkan bahwa ada cara pandang yang masih rancu tentang pluralisme agama dan budaya dikalangan perangkat pelayan.
Rumusan masalah:
Pengetahuan perangkat pelayan tentang pluralisme agama dan budaya dalam konteks pandangan kristen, masih belum memadai.
2.2.3. Problem Profil Kelembagaan
a. Masih adanya kerancuan tugas dan sikap apatis dari personil perangkat pelayan pada level jemaat, sektor, unit dan wadah-wadah pelayanan yang berakibat terjadinya salah pengertian antar sesama pengurus. Selain masalah rincian tugas yang belum ada, belum terlihat motivasi dan sikap proaktif pengurus dalam memajukan organisasi.
Rumusan masalah:
Job diskripi Sub-sub Komisi tingkat Jemaat, Koordinator Unit, dan wadah-wadah pelayanan belum dipahami secara baik, serta aspek kepemimpinan dan manajemen organisasi masih perlu ditingkatkan.
b. Aktifitas perkantoran, rapat-rapat Majelis Jemaat, ruang ganti pendeta, dan ruangan kerja Seksi-seksi Majelis Jemaat dan Sub-sub Komisi belum tersedia, menyebabkan pengelolaan manajemen organisasi dan pelayanan belum tersentraliser secara baik turut mengurangi produktifitas kerja.
Rumusan masalah :
Prasarana gedung Gereja Palungan Kasih belum memadai untuk menampung aktifitas manajemen pelayanan.
c. Jemaat masih mengandalkan pendapatan keuangan dari kolekta-kolekta ibadah, iuran anggota jemaat serta perpuluhan. Belum ada usaha-usaha lain dari Jemaat secara lembaga dalam memanfaatkan sumber daya alam dan SDM yang ada.
Rumusan masalah :
Hutan yang luas dan subur, belum diberdayakan menjadi lahan produksi pangan untuk dijadikan sumber pendapatan jemaat.
d. Hasil pemeriksaan Tim Verifikasi Jemaat, menggarisbawahi belum ada tenaga administrasi untuk melaksanakan tugas-tugas perkantoran dan pengelolaan keuangan jemaat masih secara manual.
Rumusan masalah :
Belum tersedia tenaga administrasi yang terampil untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi jemaat.
e. Penguatan institusi harus dibarengi dengan penguatan SDM. Pendeta jemaat adalah seorang manajer tetapi juga sebagai Pelayan Firman, diperhadapkan dengan perkembangan dan kemajuan keagamaan dalam konteks kekhasan Indonesia, diharapkan tidak ketinggalan dalam memahami konteks tersebut. Kegiatan-kegiatan pertemuan pendeta atau seminar-seminar nasional tentang keagamaan, perlu diikuti oleh pendeta atau unsur Majelis Jemaat. Dalam APBJ jemaat belum tercantum biaya perjalanan dinas Pendeta/Majelis Jemaat ke luar daerah pada setiap tahun anggaran.
Rumusan masalah:
Dapatkah disediakan anggaran untuk belanja perjalanan dinas Pendeta/Majelis Jemaat mengikuti kegiatan-kegiatan Nasional keagamaan ?
f. Anggota jemaat yang tidak mampu seperti perempuan janda, anak yatim piatu, duda, dan keluarga rumah tak layak, ada didepan mata Majelis Jemaat dan sesama anggota jemaat. Mereka bukan menjadi beban jemaat tetapi adalah tanggungjawab jemaat.
Rumusan masalah:
Seberapa jauh kepedulian jemaat dalam mengatasi kesulitan mereka.
g. Sesuai data hasil investigasi Tim Renstra, ditemui ada anggota jemaat yang anaknya putus sekolah akibat masalah ekonomi, sementara kita ditantang untuk membangun sumber daya warga gereja yang berkualitas.
Rumusan masalah:
Dapatkah jemaat memberi beasiswa kepada siswa berprestasi tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi untuk keluarga yang kurang mampu (BKKM)?
- Analisis Kelembagaan
2.3.1. Majelis Jemaat
a. Ratio Majelis Jemaat dan Jemaat
Majelis Jemaat Palungan Kasih berjumlah 16 orang, terdiri atas Penatua 8 orang dan Diaken 8 orang. Penetapan jumlah Majelis Jemaat sesuai kebutuhan pelayanan berdasarkan unit yang ada. Ditetapkan tiap Unit pelayanan mendapatkan 1 orang Penatua dan 1 orang Diaken. Dengan demikian, Sektor Betlehem 3 Penatua, 3 Diaken, Sektor Eklesia 3 Penatua, 3 Diaken dan Sektor Getsemani 2 Penatua dan 2 Diaken.
Berikut, adalah ratio Majelis Jemaat dan Jemaat, dirasionalisasi menurut unit dan jumlah jiwa.
Tabel 5. Ratio Majelis Jemaat dan Jemaat
SEKTOR
|
UNIT
|
JLH
KK
|
JUMLAH JIWA
|
JUMLAH M.J
|
RATIO
|
ETHLEHEM
|
I
|
23
|
89
|
2
|
1 : 44
|
II
|
23
|
92
|
2
|
1 : 46
| |
III
|
21
|
94
|
2
|
1 : 47
| |
EKLESIA
|
I
|
28
|
114
|
2
|
1 : 57
|
II
|
22
|
81
|
2
|
1 : 40
| |
III
|
21
|
90
|
2
|
1 : 45
| |
GETSEMANI
|
I
|
21
|
92
|
2
|
1 : 46
|
II
|
24
|
115
|
2
|
1 : 57
| |
JEMAAT
|
183
|
767
|
16
|
1 : 48
|
Dengan jumlah kk tiap Unit di atas 20 kk dibanding rata-rata ratio Majelis Jemaat dan Jemaat, 1 : 48, patut dipertanyakan sudahkah rasional? Jika menganalogi rasionalisasi dosen : mahasiswa dan atau guru: murid yang dianggap rational pada 1 : 24, maka dapat disimpulkan bahwa dengan rata - rata ratio 1 : 47, dianggap telah terjadi over ratio yang dapat berdampak pada kurang efektifnya pelayanan di jemaat. Asumsi ini bisa dianggap relatif atau tidak mutlak, jika Majelis Jemaat merasa bertanggungjawab dan bersungguh-sungguh melaksanakan tugasnya. Tetapi jika asumsi tersebut dapat diakui kebenarannya, maka pemetaan menuju pemekaran sektor dan unit pelayanan perlu dipertimbangkan.
b. Ratio Pendeta dan Jemaat
Satu orang pendeta di Jemaat Palungan Kasih yang harus melayani 183 kk, atau pada Ratio 1 : 183, meliputi 3 sektor dan 8 unit pelayanan, masih dalam kategori normal, karena didukung oleh sistem yang bersinergi dan terpadu, dengan asumsi bahwa sebagai seorang manager dan pelayan firman, senantiasa melakukan monitoring dan evaluasi (monev) untuk menggerakkan sistem agar tidak statis dan apatis. Realitas seperti inilah yang terjadi pada jemaat Palungan Kasih. Namun jika dalam keadaan darurat (jika Pendeta sakit, atau tidak berada ditempat), upaya penanggulan yang ditempuh adalah memanfaatkan Pendeta pembantu (non organik) yang berada di dalam wilayah Jemaat Palungan Kasih.
2.3.2. Fungsi dan peran perangkat pelayan
a. Sub Komisi pada tingkat Jemaat
Sebagai salah satu sub sistem dari sistem pelayanan di tingkat jemaat, sub-sub Komisi melaksanakan fungsi dan perannya sesuai komptensi bidang tugasnya. Sub Komisi Anak dan Remaja dalam koordinasi dengan Majelis Jemaat Bidang Keesaan mengordiner kegiatan pengembangan profesi para pengasuh dan kegiatan anak dan remaja pada tingkat jemaat. Demikian pula untuk Komisi PIKOM, Komisi PELPEM, Komisi FINEK, Sub-Komisi Laki-laki dan Sub-Komisi Perempuan, melaksanakan fungsi dan perannya sesuai komptensi dan bidang tugasnya dalam koordinasi dengan Majelis Jemaat. Sampai dengan saat ini, aktifitas Komisi-komisi dan sub-Komisi tersebut tetap berjalan secara baik, dan presentase pencapaian realisasi program hampir mencapai 100 % dan semua anggota komisi masih tetap aktif. Beberapa hal yang menjadi catatan adalah pembagian peran dalam tubuh komisi serta perlunya penguatan kualitas dan kapasitas sumber daya.
b. Koordinator Unit
Sebagai ujung tombak pelayanan jemaat, koordinator unit memiliki peran dan fungsi yang yang sangat strategis, karena berhadapan dengan kondisi umat secara langsung sehingga dapat memantau seluruh problem umat. Struktur Koordinator Unit di jemaat Palungan Kasih disusun dalam urgensi praktis berbasis pelayanan yaitu Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi Kerohanian, Seksi Pelpem, Seksi Kerumahtanggaan dan Seksi Finek.
Kegiatan-kegiatan pelayanan yang dilaksanakan adalah Pelayanan Ibadah, pelayanan diakonal/karikatif, pelayanan ulang tahun, pelayanan duka serta kegiatan partisipasi dalam kegiatan perlombaan yang dilaksanakan di tingkat jemaat. Juga membentuk Vocal Group dan aktif dalam paduan suara sektor.
Seluruh Koordinator Unit pada tiga sektor masih eksis dan melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan dengan baik walaupun ada satu atau dua orang pengurus pada masing-masing unit terkadang kurang aktif karena tugas lain atau karena masalah keluarga. Beberapa catatan untuk diperhatikan ke depan adalah upaya peningkatan kualitas dan kapasitas pengurus, serta pembenahan struktur dengan rincian tugas yang jelas serta penyusunan program secara terpadu dan konprehensif sehingga pada basis jemaat berlangsung program yang tujuan dan sasarannya terarah dengan indikator ketercapaian yang sama. Dengan pola program terpadu, diharapkan output dan outcome yang dicapai sesuai visi jemaat.
c. Wadah Pelayanan Perempuan dan Laki-laki
Komunitas perempuan dan laki-laki gereja yang sudah berkeluarga atau berstatus anggota Sidi gereja, adalah pilar sumber daya warga gereja yang mendapat perhatian khusus oleh GPM untuk diberdayakan secara optimal. Kehilangan generasi gereja pada beberapa gereja di Amerika dan Eropa sehingga menjadikan gedung gerjanya sebagai hotel, adalah kesalahan dalam pembentukan sumber daya warga gereja. GPM dengan pola dan sistem pelayanan berbasis keluarga diharapkan tidak terlibas oleh kemajuan ilmu dan teknologi yang mengecilkan peranan Tuhan atas dunia dan manusia.
Jemaat Palungan Kasih mengoptimalkan peranan wadah pelayanan perempuan dan laki-laki melalui porgram-program pelayanan ibadah dengan acara bervariasi seperti meditasi, diskusi, dan pemahaman Alkitab. Selain itu, dikembangkan program-program lain seperti koinonia, program partisipasi dan lain-lain. Pada wadah pelayanan perempuan, intensitas keterlibatan perempuan cukup memadai, namun pada pelayanan laki-laki masih belum optimal. Beberapa catatan diperhatikan kedepan adalah, penyusunan program terpadu untuk semua sektor, pembenahan struktur lebih fungsional, dan peningkatan kapasitas seluruh perempuan dan laki-laki gereja.
2.3.3. Relevansi dan Inkonsistensi Peraturan Gereja
Dalam menata organisasi dan sistem pelayanan, Jemaat Palungan Kasih konsisten dengan Peraturan Gereja, baik tentang Peraturan Jemaat, Peraturan Perbendaharaan, Tata Gereja dan peraturan lainnya. Sejauh ini, peraturan Gereja yang berlaku tidak menjadi hambatan tetapi dapat menunjang pelayanan dengan baik. Dalam hal peraturan itu menunjang pelayanan, namun pada sisi lain, terjadi inkonsistensi pelaksanaan peraturan gereja di jemaat yang sulit diluruskan. Berdomisilinya kurang lebih 31 kepala keluarga atau 134 jiwa, jemaat GPM Getsemani Hatiwe Besar, Jemaat GPM Tawiri sebanyak 7 kepala keluarga atau 29 jiwa, Jemaat Kategorial Lanud Patttimura sebanyak 22 kepala keluarga atau 62 jiwa, Jemaat Air Manis sebanyak 9 kepala keluarga atau 45 jiwa, Jemaat GPM Hila sebanyak 8 kepala keluarga atau 35 jiwa, Jemaat GPM Galala sebanyak 1 kepala keluarga atau 3 jiwa, dan Jemaat GPM Waiyame sebanyak 1 kepala keluarga atau 3 jiwa yang berada di dalam wilayah pelayanan Palungan Kasih, hingga kini tidak dapat di atasi walaupun dalam beberapa kesempatan telah diinformasikan kepada unsur MPH Sinode GPM dan MPK Pulau Ambon. Selengkapnya Jemaat GPM yang tersebar di dalam wilayah pelayanan Jemaat GPM Palungan Kasih disajikan dalam gambar berikut.
Gambar 5. Jumlah kk dan jiwa jemaat-jemaat GPM yang ada dalam
wilayah Jemaat GPM Palungan Kasih
BAB III
VISI, MISI DAN TUJUAN
- Visi Pengembangan
“Mewujudkan Jemaat GPM Palungan Kasih yang memiliki kualitas iman, sejahtera, dan misioner”.
Penjelasan Visi:
- Mewujudkan Jemaat GPM Palungan Kasih yang memiliki kualitas iman, yaitu jemaat yang mempunyai komitmen yang kokoh, berahklak mulia kepada Tuhan Yesus selaku Juruselamat dan memberitakan kebenaran imannya secara terus-menerus melalui pembacaan Alkitab, pemberitaan firman, meditasi kristiani, doa dan ibadah untuk menyelami makna batinia hubungan manusia dengan Allah yang transenden.
- Mewujudkan Jemaat GPM Palungan Kasih yang sejahtera, yaitu jemaat yang mampu memenuhi kebutuhan dasar (sandang, pangan dan papan) secara berkecukupan serta mampu meningkatkan kualitas hidupnya yang layak.
- Mewujudkan Jemaat GPM Palungan Kasih yang misioner, yaitu jemaat yang mampu mengaplikasikan imannya dalam tugas-tugas persekutuan, kesaksian dan pelayanan bagi manusia dan dunia.
- Misi Pengembangan
- Meningkatkan ketahanan iman umat di bidang teologi, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kesadaran hukum dan HAM yang berbasis keluarga.
- Meningkatkan kapasitas perangkat pelayan secara multifungsi dalam tatanan kehidupan bergereja, berbangsa dan bernegara.
- Meningkatkan kapasitas institusi dalam bidang manajemen pelayanan, pengembangan SDM, ekonomi dan keuangan untuk mendukung terselenggaranya kualitas pelayanan.
- Meningkatkan penjemaatan jaringan kerjasama (networking) dengan instansi sosial dan gereja-gereja saudara sebagai tugas panggilan oikumene.
- Tujuan
Untuk menjabarkan dan mengimplementasikan misi Jemaat GPM Palungan Kasih sebagaimana yang telah diuraikan dan untuk memberikan gambaran hasil yang akan dicapai setelah 5 (lima) tahun, perlu diuraikan tujuan sesuai misi yang telah ditetapkan.
- Mewujudkan profil umat antara lain: di bidang teologi, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kesadaran hukum dan HAM yang berbasis keluarga.
- Meningkatkan profil pelayan, perangkat pelayan secara multifungsi dalam tatanan kehidupan bergereja, berbangsa dan bernegara.
- Meningkatkan profil kelembagaan untuk mewujudkan kapasitas institusi dalam bidang manajemen pelayanan, pengembangan SDM, ekonomi dan keuangan untuk mendukung terselenggaranya kualitas pelayanan.
- Meningkatkan penjemaatan jaringan kerjasama dengan instansi sosial dan gereja-gereja saudara sebagai tugas panggilan oikumene.
3.4. Sasaran Strategis
Target maksimal yang akan dicapai dengan merujuk pada indikator ketercapaian adalah
1. Sasaran Strategis Pengembangan Kapasitas Umat yaitu
a. Terbangunnya kesadaran iman Jemaat dalam beribadah dikalangan Anak, Remaja, Pemuda, Perempuan, Laki-laki dan Lansia.
b. Bertumbuhnya ketahanan iman jemaat dibidang teologi untuk menjawab diskursus Teologi dalam dinamika perkembangan pentakostalisme, denominasionalisme serta Agama-Agama lain.
c. Terbentuknya kematangan ekonomi keluarga jemaat yang dioptimalisasi melalui kerja dan pengelolaan potensi.
d. Terbinanya kesadaran Hukum dan HAM dalam keluarga Jemaat untuk mengatasi masalah judi, miras, perselingkuhan serta tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
e. Terciptanya harmonisasi dalam jemaat melalui pengelolaan kearifan lokal.
f. Terjaminnya hak pendidikan anak-anak dalam jemaat pada semua jenjang pendidikan yang harus didukung dari keluarga sampai pada lembaga pendidikan dan pemerintah desa.
2. Sasaran Strategis Pengembangan Kapasitas Perangkat Pelayan yaitu
a. Membangun kesadaran panggilan dan pengutusan pada setiap aras Pelayanan, baik Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar Katehgesasi, Pengasuh SMTPI, pegawai administrasi, badan pembantu pelayanan.
b. Terbangunnya kemampuan berefleksi sosial, teologi dalam tugas-tugas pelayanan Jemaat.
c. Membangun kemampuan bersosialisasi di masyarakat yang majemuk dalam kesadaran yang pluralis dan berkebudayaan.
d. Terlaksananya keberlangsungan kegiatan pengembangan kapasitas pelayan secara reguler dan kontinyu.
e. Membangun jalinan pelayanan Diakonia, Koinonia, Pekabaran Injil dan Kesaksian (marturia) dalam Jemaat.
3. Sasaran Strategis Pengembangan Kapasitas Kelembagaan yaitu
a. Terwujudnya pola manajemen pelayanan disetiap aras organisasi gereja dalam jemaat.
b. Terealisasinya pengendalian manajemen dan pengelolaan keuangan secara trasparansi dan akuntabel dalam mengoptimalisasi Bendahara Jemaat, Tim Verifikasi dan visitasi Klasis dan Sinode.
c. Terwujudnya pengelolaan database jemaat secara berskala dan berkesinambungan (computer based).
d. Terwujudnya pembentukan Badan Pengembangan Ekonomi Jemaat dalam mengoptimalisasi pengelolaan potensi ekonomi.
e. Terwujudnya pembentukan kerjasama dalam penguatan jaringan sosial dan oikumenis baik di dalam jemaat maupun di luar jemaat.
- BAB. V. PENUTUP
- LAMPIRAN. Rekapitulasi Data Hasil Pendapatan
- DATA JEMAAT GPM DAN GEREJA SAUDARA DALAM JEMAAT PALUNGAN KASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar