BERIBADAHLAH KEPADA TUHAN DENGAN TAKUT DAN CIUMLAH KAKINYA DENGAN GEMETAR "MAZMUR 2:11 "

RENSTRA JEMAAT

KATA PENGANTAR



Puji  dan  Syukur  patut  kita  panjatkan  kehadirat Tuhan  Yesus  Kristus  Kepala  Gereja   yang   telah memelihara,  memberkati dan menyelamatkan kita hingga saat ini,  sehingga tetap eksis melaksanakan misi gereja untuk  bersaksi  dan melayani.
Dalam  tuntunan  Roh  Kudus,   Jemaat   GPM  Palungan  Kasih  telah   menyusun    Rencana  Strategi  (RENSTRA) pengembangan   jemaat   Tahun  2011 -  2015   sesuai  amanat   Ketetapan Sinode  GPM  Nomor: 09/SND/XXXVI /2010. Keharusan Jemaat  untuk memiliki Rencana Strategi pengembangan,  adalah sebuah langkah   maju   dan  terobosan    strategis   GPM    untuk  memberi    ruang     yang   sebesar-besarnya   pada desentralisasi   prakarsa     jemaat,  patut  diapresiasi  dan  didukung sepenuhnya karena  menjawab multi dimensional  tugas   panggilan  Gereja  Protestan Maluku sesuai  landasan teologi dan wawasan  ekklesiologi sebagai anutan prinsip dasarnya.
Rencana Strategi jemaat ini  adalah  pedoman  praksis  penyelenggaraan   pelayanan   jemaat,  sebagai penjabaran  dari  PIP dan  RIPP GPM  Tahun 2005 - 2015.  Bertujuan untuk  memberi  arah  bagi  perencanaan dan  pengembangan  jemaat  serta  sebagai   pedoman  penyusunan  program  kerja  tahunan   jemaat   untuk empat tahun  ke depan.
Patut  dimaklumi bahwa kesempurnaan Renstra yang disusun ini masih  belum  maksimal, karena baru pertama kali dilaksanakan pada  level jemaat, serta belum ada suatu pedoman yang baku  sebagai standar acuan kerja. Walaupun   demikian, dengan  dibekali  oleh  arahan   dan  sosialisasi dari MPH Sinode  GPM, Tim Penyusun Renstra  Jemaat yang   dibentuk   dengan    Surat   Keputusan   Majelis   Jemaat   Palungan Kasih Nomor: 06/Skep/KPA-JPH/E.2/09/2011, telah melaksanakan tugasnya dengan baik, dan berhasil   mempersembahkan hasil kerjanya kepada Majelis Jemaat.
Atas nama Majelis Jemaat, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada saudara-saudara Tim Penyusun dan Jemaat, disertai doa, Tuhan Yesus Kristus  memberkati  saudara dan  keluarga.
Kepada Majelis Pekerja Klasis GPM Pulau Ambon dan Majelis Pekerja Harian Sinode GPM,   kami  mohon bahan saran demi penyempurnaan Renstra ini. Kiranya  Tuhan  Yesus  Kristus  melimpahkan  Berkat dan Kasih  Karunia-Nya  bagi kita yang bekerja untuk kemuliaan namaNya. Amin.



Aku (Paulus) Menanam, Apolos Menyiram
Tetapi Allah Yang Memberi Pertumbuhan  
(I Korintus  3:6)



Ambon,  31 Oktober 2011

MAJELIS JEMAAT
GPM PALUNGAN KASIH





PENDETA J.M.E.SAIMIMA/N,S.Th                 PENATUA M. SOUISA
                     Ketua                                                          Sekretaris






DAFTAR ISI


   
KATA PENGANTAR        .................................................................................................  ii
DAFTAR ISI         .............................................................................................................. iv
BAB I   PENDAHULUAN        .......................................................................................... 1
    1. Sejarah Singkat      .................................................................................. 1
    2. Definisi Rencana Strategi      ..................................................................... 5
    3. Peranan / Urgensi Renstra   ...................................................................... 6
    4. Dasar        ............................................................................................... 7
    5. Fungsi dan Tujuan       .............................................................................  7
BAB II   KONDISI JEMAAT GPM PALUNGAN KASIH       .........................................  8
    1. Kondisi Umum       .................................................................................  8
    2. Problematika       ..................................................................................  23
    3. Analisis Kelembagaan      ......................................................................  32
BAB III VISI, MISI DAN TUJUAN        ........................................................................  37
             3.1. Visi Pengembangan       ................................................................................   37
             3.2. Misi Pengembangan      .................................................................................  37
             3.3. Tujuan       ....................................................................................................  38
             3.4. Sasaran Strategis       ....................................................................................  38
BAB IV ARAH DAN KEBIJAKAN      ..........................................................................  40
BAB V PENUTUP      .....................................................................................................  52
LAMPIRAN      ...............................................................................................................  55








BAB  I
PENDAHULUAN

    1. Sejarah Singkat
Sejak Pendeta St. Haumahu bertugas di Jemaat  GPM Tawiri  pada  tahun 1977, dilaksanakan Persidangan  Jemaat  I   Jemaat   GPM  Tawiri   pada   tahun 1978,  yang salah satu keputusan pentingnya adalah pembagian wilayah pelayanan menjadi 5 bagian  yaitu Unit A, Unit B, Unit C, Unit D dan Unit E. Lokasi Unit C adalah di dusun Weti dan  Riang.  Setelah  Pendeta St. Haumahu  memasuki   masa   pensiun,  beliau   digantikan   oleh  Pendeta  N. A. Letty  dan mulai bertugas di Jemaat GPM Tawiri pada Tahun 1986. Salah satu  program   yang dilakukan adalah  mengubah   nama   unit   menjadi   Sektor Pelayanan.   Unit  C  diubah menjadi Sektor Eklesia  (sekarang Eklesia, Bethlehem dan Getsemani).
Tahun  1992,  Pendeta  N.A. Letty  dimutasikan   ke Jemaat  GPM  Hulaliu,  dan penggantinya adalah   Pendeta A. Latuihamallo.  Pada  masa   kepemimpinan   beliau,   Jemaat GPM Tawiri semakin  bertumbuh dengan pesat baik  dari aspek organisasi, jumlah jiwa maupun program  pelayanan   dan    pembangunan   fisik.    Pada Persidangan ke-16 Tahun 1993, melahirkan  keputusan perlu   dibangunnya sebuah Balai  Kerohanian (gedung darurat) di Riang guna melaksanakan  peribadahan.   Sambil   menunggu    penyelesaian   pembangunan BK,   untuk   sementara waktu ibadah-ibadah minggu  dilaksanakan di salah satu  ruangan Sekolah Dasar Inpres   57   sedangkan   pelayanan   katekesasi  dan  sakramen tetap berlangsung di Gedung  Gereja Ebenhaezer Tawiri. Setelah selesai   pembangunan Balai   Kerohanian pada  tahun 1994 yang   diberi  nama  Palungan  Kasih   oleh   Pdt.A. Latuihamallo  maka seluruh  pelayanan   ibadah   berlangsung di Balai Kerohanian.    
Dengan  semakin  bertambahnya jumlah warga gereja di Weti dan Riang, maka pada persidangan ke–17 tahun 1995  menetapkan pembentukan Panitia Pembangunan gedung gereja. Pada   tanggal   10 Maret 1995,  mulai  dicanangkan  pembangunan  Gedung Gereja  baru   dengan    ketua panitia Bpk.A.E. Lekatompessy (Alm), sekretaris M.A.Matitaputty,S.E dan pengawas teknik H.Nanlohy (Alm) sedangkan kepala  tukangnya adalah St. Tuhuleruw.  Proses   pembangunan  gedung  gereja   terus berlangsung  namun mengalami kevakuman disebabkan konflik kemanusiaan khususnya di Kota Ambon tahun 1999 mengakibatkan sebahagian anggota panitia pembangunan tidak aktif karena meninggal dunia dan berpindah tempat tinggal. Untuk melanjutkan pembangunan tersebut, maka diterbitkan Surat Keputusan Majelis Jemaat No.01/III/P/2001 tentang Pembenahan Struktur Panitia Pembangunan Gedung Gereja Palungan Kasih pada tanggal 14 Januari 2001 dengan Ketua A.E.Lekatompessy (Alm), sekretaris J.Siahaya, bendahara Dra.Ny.J.Disera/M dan pengawas teknik D.de Fretes sedangkan kepala  tukangnya adalah St. Tuhuleruw.
Dengan    semakin  bertambahnya jumlah warga gereja di Weti dan Riang, maka pada persidangan tahun 2001 dilaksanakan pemekaran wilayah pelayanan    dari    5   sektor   menjadi  7 sektor yaitu  penambahan 2  sektor di Riang  yakni  Sektor  Betlehem dan Sektor Getsemani,  selain sektor  Eklesia  yang  ada  sebagai sektor yang pertama pada wilayah pelayanan Weti dan Riang.
Kebutuhan akan adanya sebuah gedung gereja representatif semakin dirasakan  ketika  pada wilayah  pelayanan   di Wesa, Weti dan  Riang   telah   menjadi   3 sektor   pelayanan, apalagi  bertumbuh ditengah-tengah  jemaat adanya   gereja-gereja    saudara   non  GPM.
Kemudian pada tahun 2003 Pendeta A. Latuihamallo  dipindahkan ke Jemaat GPM  Nehemia dan  sebagai   penggantinya adalah  Pendeta A. Manupessy yang meneruskan penyelesaian pembangunan gedung gereja  sampai  pada peresmiannya tanggal 6 Pebruari 2005. Peresmian  gedung gereja  yang   diberi  nama  Palungan Kasih, ditangani oleh Panitia Peresmian yang  diketuai Ir. M. Souisa, M.Si dan Sekretaris   Drs. J.  Elake.  Penandatanganan  prasasti    oleh      sekretaris   BPH   Sinode GPM  Pendeta  S.Y. Mailoa, M.Th,   serta  turut hadir menyaksikan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahallu.  Pada   Persidangan  ke-24 Jemaat Tawiri  tahun   2006,    utusan sektor   Bethlehem, Eklesia, Getsemani yaitu Bapak J. Siahaya, A. Tuhumury, J. Elake, H. Wosea, Ny. Din de Fretes,    Ny. Leny Souisa, Ny. H. Sopacua, B.Tutuiha, Ny. Loce Latuihamallo, Bpk. Efa Latuputty, Ny.M.Hommy, dan Ny. Lin Nanlohy, memperjuangkan keputusan Persidangan Jemaat tentang perlu dilakukan pemekaran jemaat. Dengan  didorong oleh   Badan   Pekerja Klasis dan  ditunjang  oleh Penatua  D. de Fretes (Wakil  Ketua  Majelis Jemaat), M.Souisa   (Sekretaris Majelis Jemaat) dan para  Penatua serta Diaken  lainnya yang berasal dari sektor Bethlehem, Eklesia dan  Getsemani,  maka   Persidangan   Jemaat   menerimanya dan  melahirkan  rekomendasi  segera membentuk Tim  Penjejakan Pemekaran  Jemaat.  Pada  tanggal 31 Desember 2006, diterbitkan Surat Keputusan Majelis Jemaat GPM Tawiri Nomor: 02/III/14.43/Org/12/2006 tentang Pembentukan dan Pengangkatan Tim  Penjejakan Pemekaran  Jemaat  GPM  Tawiri yang diketuai Drs. J. Elake, sekretaris Ir.F.  Puturuhu,M.Si, anggota Ir. F. Batlolona, MT, Bpk.D. Dias, Bapak C. Tuhuleruw, Bpk K. Puturuhu, D. Talapessy, Jopi Tuhuleruw,  Tony Pesiwarissa  dan  P. Helaha. Tim bekerja dari  tanggal 11 Januari s.d 1 Pebruari 2007 dan  menyampaikan hasilnya pada Persidangan Jemaat  tanggal   4   Pebruari  2007. Dokumen  hasil pengkajian selanjutnya disampaikan ke Badan Pekerja Klasis dan BPH Sinode untuk  mendapat pengesahan  pada  Sidang  BPL  Sinode  GPM   di  Klasis Kairatu pada Tahun 2008.
Setelah disetujui BPL-Sinode GPM, maka Majelis Jemaat  GPM Tawiri  yang diketuai Pendeta  P. Kempa, S.Th, membentuk Panitia Pemekaran yang  diketuai   Drs.  J.  Elake,   Sekretaris Penatua M.Souisa (sekretaris Jemaat GPM Tawiri) mulai melaksanakan tugasnya mempersiapkan segala sesuatu menyangkut  pemekaran  Jemaat.   Pada tanggal 17 Januari  2010, dilaksanakan pemekaran  Jemaat GPM Tawiri menjadi dua jemaat yaitu Jemaat GPM Tawiri   dan Jemaat GPM Palungan Kasih.    
Secara   resmi Jemaat GPM Palungan Kasih berdiri  menjadi   sebuah Jemaat   yang  mandiri ditetapkan dengan Surat Keputusan Badan Pekerja Harian Sinode GPM No.03/Skep/SND/E.2/1/2010 pada tanggal 17 Januari 2010 dengan kepengurusan Majelis  Jemaat  terdiri atas Penatua D.  de  Fretes  selaku   Wakil   Ketua, sekretaris  Penatua M. Souisa, wakil  sekretaris  Penatua Ny.H.Sopacua/U, bendahara Diaken E. Philipus, wakil bendahara Diaken Ny.M.T.Hommy/B dan anggota-anggota Penatua H. Salamor, Penatua  Ny.R.L.Tuhuleruw/M,  Penatua R. Elake, Diaken  H. Tuhuleruw,  Diaken  J. Lekatompessy, Diaken  Ny. M.Selano/T dan Diaken Ny.  M.Tuhumury/S.  Pada 16  Mei 2010,  ditahbiskan lagi empat  anggota  Majelis  Jemaat   masing-masing Penatua A.Tuhumury, Penatua Ny.A.A.Tuhuleruw/L, Diaken   Ny. Y. Elake/S, dan   Diaken Ny.A.Salamor/S.  Keenambelas  anggota   Majelis  Jemaat   tersebut  adalah   Majelis   Jemaat  pertama  pada   Jemaat   GPM  Palungan  Kasih.   Berdasarkan   Surat  Keputusan BPH Sinode GPM Nomor:79/IV/PA tanggal 19 Maret 2010, Pendeta,  Ny.J.M.E. Saimima/N, S.Th,   ditetapkan   sebagai  Penghentar Jemaat/ Ketua Majelis   Jemaat   Palungan   Kasih,  sekaligus sebagai Ketua Majelis Jemaat I (pertama ) Jemaat GPM Palungan Kasih.
Serah terima jabatan dari pejabat ketua Penatua D. de Fretes kepadaKetua Majelis   Jemaat  yang baru  Pendeta Ny. J.M.E. Saimima/N  S.Th  berlangsung dalam ibadah minggu,  tanggal 30 Mei 2010, dan  ibadah   pelantikan dipimpin   oleh Sekretaris  Klasis GPM Pulau Ambon Pendeta Ny. M. Wattimury/W, S.Th.   
Dalam  tahun  pertama  pelayanan  dibawah pimpinan  Pendeta Ny. J.M.E. Saimima/N, S.Th, Jemaat   Palungan   Kasih   mulai    berbenah   diri   menuju   kemandirian   jemaat dibidang keuangan,   pelayanan,   organisasi   dan    peningkatan kapasitas  perangkat  pelayan  dan pengembangan ekonomi jemaat.    Salah   satu   wujud   upaya   kemandirian   ekonomi   dan keuangan   jemaat  adalah  telah   dibuat   kebun jemaat   yang ditanami tanaman   produktif  seperti pisang, halia, dan lain-lain.
Dengan menyadari kondisi daya tampung gedung gereja Palungan Kasih yang sangat terbatas terutama ruangan untuk koncistori, perkantoran, ruang rapat dan lain-lain, maka Persidangan ke-2 Jemaat GPM Palungan Kasih tanggal 6 Pebruari 2011 melahirkan suatu rekomendasi untuk membentuk panitia pembangunan fisik jemaat dengan salah satu tugas utamanya adalah merenovasi gedung gereja Palungan Kasih. Berdasarkan Surat Keputusan Majelis Jemaat 05/Skep/KPA-JPH/E.2/03/2011 tanggal 5 Maret 2011, diangkat Panitia Pembangunan Fisik yang diketuai oleh D.de Fretes, sekretaris M.Souisa, bendahara Ny.J.Elake/S, dan ketua seksi teknik Bpk.St.Tuhuleuw merangkap kepala tukang batu sedangkan kepala tukang kayu Bpk.O.Hitijahubessy dan tukang besi adalah Bpk.C.Salamor. Salah satu tugas Panitia adalah melaksanakan renovasi gedung gereja.

    1. Definisi Rencana Strategi
Memahami definisi  makna Rencana Strategi, terlebih dahulu perlu   dipahami   makna   kata rencana atau perencanaan dan makna kata strategi. Perencanaan merupakan  salah satu dari empat fungsi manajemen yang penting dan saling terkait satu sama lain. Berbicara tentang perencanaan, kita   dihadapkan   pada  pertanyaan:   Apakah  suatu rencana berjalan dengan baik atau tidak? Pertanyaan mendasar  ini   kiranya   aktual   diajukan   manakala  kita  melihat  realitas keseharian   yang  menunjukkan banyaknya kegagalan akibat perencanaan yang salah dan tidak tepat.  Kesalahan perencanaan dapat berada pada awal   perencanaan itu sendiri ataupun pada saat proses perencanaan itu berlangsung.
Perencanaan menurut Abe (2001:43)   tidak   lain   dari   susunan (rumusan)       sistematik mengenai langkah (tindakan-tindakan)  yang akan  dilakukan   dimasa  depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan   yang   saksama  atas   potensi,  faktor-faktor eksternal dan  pihak-pihak  yang   berkepentingan dalam  rangka   mencapai   suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, termuat hal-hal yang merupakan prinsip perencanaan yakni (1) apa yang akan dilakukan,  yang   merupakan jabaran   dari visi dan misi;  (2)  bagaimana mencapai hal tersebut; (3) siapa yang melakukan (4)  lokasi;   (5)   waktu pelaksanaan  dan berapa lama, (6) sumber daya yang dibutuhkan. Tjokroamidjojo (1992:12) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu  cara   bagaimana mencapai  tujuan sebaik-baiknya  (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.   Selanjutnya dikatakan bahwa perencanaan merupakan penentuan tujuan yang akan dicapai  atau  yang dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Sedangkan strategi menurut Glueck dan Jauch (1989:9), adalah   proses    penentuan rencana yang berfocus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai   penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Dalam pengertian lain, strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan  terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan.
Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang  dapat   terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Dengan demikian, Rencana Strategi Jemaat GPM Palungan Kasih adalah rumusan tindakan yang akan dilaksanakan dalam  jangka  panjang   sebagai   penjabaran   terhadap visi  dan misi   jemaat  dengan penentuan cara atau upaya agar rencana tersebut dapat dicapai sesuai tujuannya.

    1. Peranan/Urgensi Renstra  
Sebagai  salah  satu  jemaat  dalam  Klasis  GPM Pulau Ambon,  Jemaat  Palungan Kasih yang baru dimekarkan dari Jemaat GPM Tawiri pada tanggal 17 Januari 2010  yang lalu,  meyakini kediriannya sebagai panggilan Allah untuk meneruskan  amanat Yesus Kristus  kepala gereja memberitakan Injil,  bersaksi dan  melayani. Untuk  melaksanakan  fungsi dan perannya itu,  Jemaat  Palungan   Kasih harus tanggap   terhadap   perubahan dalam masyarakat terutama dalam menghadapi tantangan-tantangan fragmentasi   keagamaan,  budaya heterogenitas, krisis  ekonomi,  politik, hukum, yang  terus  menggejala  mempengaruhi   ketahanan   iman  dan persekutuan umat.
Tantangan   bagi   Jemaat   Palungan  Kasih  yang  berada pada pintu masuk kota Ambon ini, adalah   bagaimana   menempatkan   posisinya   dan    mengambil   peran menyeimbangkan perkembangan  itu  dengan  memanfaatkan  seluruh  kekuatan dan membenahi kelemahan internal, mensolusikan peluang dan ancaman eksternal.
Menyadari  posisi  dan  kehadiran  gereja  ditengah tantangan global   itu,  Jemaat Palungan Kasih  sebagai   bagian   dari   Gereja, mengevaluasi   diri   mengenal   problematika  umat, menginduksi  kekuatan  dan   kelemahan   serta   memanfaatkan    peluang   dan   menyusun rencana pengembangan dan tindakan- tindakan yang diambil  dalam kurun waktu jangka panjang, menengah dan tahunan, yang tersusun dalam satu RencanaStrategi Pengembangan Jemaat.
      Rencana Strategi Jemaat Palungan Kasih 2011 – 2015  mengimplementasikan PIP / RIP GPM dengan pendekatan indikator ketercapaian pada tiga pilar profil program yaitu  profil  umat, profil pelayan dan profil kelembagaan, berfungsi sebagai dasar dan   acuan   utama    dalam menentukan / merumuskan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh organisasi selama kurun waktu lima tahun ke depan.

    1. Dasar
Rencana Strategi  Jemaat Palungan Kasih 2011-2015, disusun berdasarkan pada ketentuan organisasi GPM sebagai berikut :
  1. Ketetapan Sinode GPM Nomor: 09/SND/XXXVI/2010 tentang Tata Gereja.
  2. Peraturan Pokok GPM  (Ketetapan Sinode GPM Nomor:  09/SND/36/ 2010)  tentang Jemaat.
  3. Keputusan Sidang BPL Sinonde GPM Tahun 2011 di Dobo.
  4. PIP DAN RIPP GPM tahun 2005 – 2015
  5. Keputusan Majelis Jemaat GPM Palungan Kasih Nomor: 06/Skep/KPA-JPH/E.2/09/2011 tentang Pembentukan dan Pengangkatan Tim Renstra Jemaat GPM Palungan Kasih Periode 2011-2015.
    1. Tujuan dan Fungsi
Tujuan utama Renstra adalah menetapkan arah,   kebijakan   dan   strategi  perencanaan dan pengembangan Jemaat sesuai PIP/RIPP GPM dan analisis kondisi ril  Jemaat   Palungan kasih, sehingga diharapkan tercipta suatu kondisi sesuai visi yang ditetapkan. Secara makro, Renstra  Jemaat Palungan Kasih 2011-2015 berfungsi  sebagai dokumen dasar Perencanaan untuk mengarahkan jemaat dalam penyusunan Rencana Operasional (Renop) Tahunan sesuai Arah Kebijakan Strategi  lima tahunan yang ditetapkan. Dengan  demikian secara sistematis akan dapat diukur indikator ketercapaian per tahun dan berkelanjutan selama lima tahun ke depan dalam kerangka yang jelas.







BAB II
KONDISI JEMAAT GPM PALUNGAN KASIH


    1. Kondisi Umum
      1. Keadaan Geografis dan Batas Wilayah Pelayanan
Jemaat GPM Palungan Kasih berada di Dusun Riang Desa Tawiri Kecamatan Teluk Ambon secara astronomis berada pada posisi 128O6’11.67” – 128O6’44.20” Bujur Timur dan 3O40’56.68” – 3O41’51.32” Lintang Selatan.
Keadaan geografis di permukaan wilayah Jemaat GPM Palungan Kasih memiliki permukaan bumi yang menonjol tinggi yang terdiri atas gunung, lereng gunung dan kaki gunung. Dengan pegunungan adalah daerah yang terdiri atas bukit-bukit dan gunung-gunung yang berbentuk suatu rangkaian. Wilayah Palungan Kasih mengandung tanah tinggi (plato) atau perbukitan yaitu tanah datar dengan ketinggian ratusan meter di atas permukaan laut yang dikelilingi oleh dataran rendah mencapai 200 – 300 meter.
Jemaat GPM Palungan Kasih di sebelah Timur berbatasan dengan Jemaat GPM Getsemani Hative Besar yang disempadani dengan Waipia Besar, sebelah Barat berbatasan dengan Jemaat GPM Tawiri yang disempadani dengan Waiwesa, sebelah Utara berderetan dengan hutan daerah pertanian umat dan Jemaat GPM Hila, dan disebelah Selatan dengan pesisir laut Teluk Ambon Luar. Dengan luas wilayah pelayanan Jemaat diaproksimasi (2.000 x 1.200) meter atau 204 ha.     Jika dilihat dari letak geografis wilayah, maka umumnya pemukiman anggota jemaat terfocus pada 2 wilayah yaitu dusun Weti dan Dusun Riang.
Dari tata letak geografis pelayanan, maka dusun weti dan riang terdapat 3 Sektor pelayanan dengan 8 unit pelayanan. Disamping itu, distribusinya warga Gereja Protestan Maluku dalam geografis tersebut bukan hanya secara geofrafis disempadani oleh Waiwesa, Waipia Besar, dan laut, namun perlu disadari bahwa terdistribusinya warga GPM di Palungan Kasih justru dalam kepelbagaian dedominasi Kristiani juga Muslim yang selama kerusuhan hingga kini masih hidup bersama-sama.

Gambar 1. Peta Wilayah Jemaat GPM Palungan Kasih

2.1.2. Jumlah Jiwa/Keanggotaan Jemaat
    Jemaat GPM Palungan Kasih ketika dimekarkan dari Jemaat GPM Tawiri pada  tanggal 17 Januari 2010,  memiliki anggota jemaat  sebanyak 678 jiwa,  dirinci  menurut  Sektor dan Unit pelayanan sebagaimana ditampilkan seperti pada tabel 1.  
    
Tabel 1. Keadaan anggota jemaat sebelum dimekarkan
     SEKTOR
  UNIT
       JLH KK
 JUMLAH JIWA
KETERANGAN
 BETHLEHEM
I
19          
65

II
36
140
EKLESIA
I
27
124

II
29
106
GETSEMANI
I
26
108

II
26
135
TOTAL
6
163
678

     Sumber : Tim Kajian Pemekaran Jemaat GPM Tawiri  tahun 2008
    Dalam dua tahun terakhir perkembangannya,  telah  terjadi   mutasi sejumlah  keluarga akibat pindah tugas  dan juga ada keluarga baru yang masuk menetap menjadi anggota jemaat. Sesuai  hasil pendataan pada September 2011,   tercatat   anggota   jemaat   GPM  Palungan Kasih berjumlah 767  jiwa  dan  183 KK, terdiri atas sektor Bethlehem   67 KK, 275  jiwa,  sektor eklesia  71 KK, 285 jiwa, sektor Getsemani  45 KK, 207 jiwa.  Jumlah  anggota  jemaat   laki - laki 380 orang atau  50,46 %,  jumlah  anggota  jemaat  perempuan   387  orang  atau  49,54 %.   Dirinci menurut jumlah kepala keluarga pada  tiap sektor /unit, jenis kelamin dan status  gerejawi   seperti terlihat  pada tabel  berikut:
    Tabel 2. Keadaan anggota jemaat sampai bulan September 2011
Sektor
Unit
Jlh  kk
Jlh Jiwa
Jenis kelamin
Baptis
Sidi

Ket.
L
P
Sdh
Blm
Sdh
Blm
 BETHLEHEM
I
23            
89
 41
 48
 82
 7
48
31

II
23
92
 47
 45
 86
 6
53
38

III
21
94
 50
 44
 92
 2
45
30

EKLESIA
I
28
114
 52
 62
105
 9
70
40

II
22
81
 37
 44
 73
 8
53
28

III
21
90
 47
 43
 89
 1
48
37

GETSEMANI
I
21
92
 42
 50
 91
 1
50
42

II
24
115
 64
 51
112
 3
69
46

Total jemaat

183
767
380
387
730
37
436
292

    Sumber data : Hasil pendataan Tim Renstra 2011.

Dari angka -angka  pada tabel 2 di atas, tercatat  sudah baptis 691 orang atau 94,91 %, sudah Sidi 436 orang  atau  59,89  %.     Dibanding    tahun  2009  ketika  terjadi    pemekaran   jemaat  maka  dalam kurun waktu  hampir dua tahun,  terjadi penambahan   jumlah   anggota  mencapai 11,60 %,  yang dapat  mengindikasikan   pertambahan  jumlah  anggota  jemaat  akan  terus  meningkat.  Dapat  diprediksi  untuk   sepuluh  tahun    ke depan  terjadi    penambahan   kepala keluarga  dapat mencapai  200 s.d  210  kepala   keluarga   dengan   penambahan   jiwa dapat mencapai  800 - 900 orang.
     Tabel 3. Rekapitulasi Data Anggota Jemaat GPM Palungan Kasih
                   Menurut Usia
 No
USIA (Thn/Bln)
Betlehem
Eklesia
Getsemani
 Total
1
< 1 - 1.9 Bln
9
13
2
24
2
2 – 3
12
11
8
31
3
4 – 5
6
7
5
18
4
6 – 12
52
40
31
123
5
13 – 15
12
12
24
48
6
16 – 18
13
20
14
47
7
19 – 25
34
35
26
95
8
26 – 30
21
28
7
56
9
31 – 40
41
45
30
116
10
41 – 50
37
34
40
111
11
51 – 60
21
24
9
54
12
61 – 65
5
6
5
16
13
66 – 70

6
2
8
14
71 – 75
9
1
1
11
15
76 – 80
3
2
2
7
16
81 – 85




17
86 – 90


1
1
18
91 – 95

1

1
19
96 – 100






275
285
207
767
      Sumber data : Hasil pendataan Tim Renstra 2011

Berdasarkan data Tabel 3, tercatat  anggota jemaat yang berusia di bawah 1 bulan hingga 1,9 bulan sebanyak 24 orang (3,13%), yang berusia antara 2 – 3 tahun sebanyak 31 orang (4,04%), yang berusia antara 4 – 5 tahun sebanyak 18 orang (2,35%), yang berusia antara 6 – 12 tahun sebanyak 123 orang (16,04%), yang berusia antara 13 – 15 tahun sebanyak 48 orang (6,26%), yang berusia antara 16 – 18 tahun sebanyak 47 orang (6,13%), yang berusia antara 19 – 25 tahun sebanyak 95 orang (12,39%), yang berusia antara 26 – 30 tahun sebanyak 56 orang (7,30%), yang berusia antara 31 – 40 tahun sebanyak 116 orang (15,12%), yang berusia antara 41 – 50 tahun sebanyak 111 orang (14,47%), yang berusia antara 51 – 60 tahun sebanyak 54 orang (7,04%), yang berusia antara 61 – 65 tahun sebanyak 16 orang (2,09%), yang berusia antara 66 – 70 tahun sebanyak 8 orang (1,04%), yang berusia antara 71 – 75 tahun sebanyak 11 orang (1,43%), yang berusia antara 76 – 80 tahun sebanyak 7 orang (0,91%), yang berusia antara 81 – 85 tahun tidak ada, dan yang berusia antara 86 – 90 tahun sebanyak 1 orang (0,13%), serta yang berusia antara 91 – 95 tahun sebanyak 1 orang (0,13%).
          Sesuai level usia anggota  jemaat  selain usia yang sementara bergerak dan produktif, terdapat usia lanjut 44 orang (5,74%) yang berpotensi untuk mereka dapat membentuk suatu organisasi Lansia, dan organisasi ini akan bersaksi dan melayani Tuhan.
2.1.3.  Keadaan sektor, unit, wadah  dan organisasi  pelayanan  
a. Jumlah Sektor dan Unit Pelayanan
    Jemaat  Palungan  Kasih  mewadahi   anggota  jemaat  dalam  3 (tiga)  wilayah  sektor   pelayanan  dengan pemetaan wilayah pelayanan  secara  sektoral  sesuai  letak  geografis,  daya  jangkau  dan  luas wilayah pelayanan.    Sektor-sektor  pelayanan  tersebut  adalah  Sektor  Bethlehem,  Sektor  Eklesia dan Sektor    Getsemani.   Nama   dan   jumlah  sektor  yang   ada  adalah     peninggalan pemekaran   dari   jemaat  GPM  Tawiri. Pada  saat pemekaran, Sektor  Bethlehem  terdiri  atas  2 unit,   Sektor    Eklesia    2   unit    dan  Sektor  Getsemani   2 unit  pelayanan.  Setelah  pemekaran, dilaksanakan  pemekaran   unit   pelayanan  mengingat    jumlah   jiwa  dan kepala  keluarga sudah    memungkinkan.  Sektor   Bethlehem   dimekarkan    menjadi    3 unit  pelayanan, Sektor  Eklesia  3 unit  pelayanan  dan Sektor  Getsemani   tetap  2 unit pelayanan.  Dengan  demikian  Jemaat  GPM  Palungan Kasih  memiliki tiga  sektor dan delapan  unit pelayanan. Penatalayan Sektor dikoordiner oleh  Badan Koordinator  Pelayanan  (Bakopel) sektor.  Personalia  Bakopel  Sektor  terdiri  dari   unsur  Majelis  Jemaat   yang  berada  di sektor,   dibantu   oleh  unsur  pimpinan   unit dan  wadah pelayanan  dalam sektor yang berjumlah antara  7 – 9  orang,   sedangkan   jumlah  pengurus   unit dan  wadah   antara   9 – 12  orang.     Jumlah   kepala   keluarga    dan  jiwa  tiap  sektor  dan   unit   pelayanan  dapat  dilihat pada tabel 2 di atas.    
b. Wadah Pelayanan
Selain  sektor dan unit, jemaat  Palungan Kasih memiliki wadah pelayanan perempuan dan wadah pelayanan laki - laki.   Masing - masing   wadah  pelayanan   berada  pada  tiap  sektor  pelayanan sehingga  ada  tiga wadah pelayanan perempuan dan tiga wadah pelayanan laki-laki sesuai jumlah sektor   yang   ada.  Manajemen   penatalayanan   wadah   pelayanan    perempuan  dan   laki-laki,   berlangsung  secara  intergratif  dan terkoordinatif   dengan   Komisi   Pelayanan   Perempuan  dan Komisi   Pelayanan Laki-laki pada  tingkat  jemaat .   Jumlah   personalia   kepengurusan   wadah, antara   9 – 14 orang.
c. Organisasi Pelayanan lainnya
Selain  Komisi- komisi   Pelayanan,   sektor,  unit  dan  wadah  pelayanan  yang   terstruktur   dalam   GPM   di  tingkat   jemaat,    ada  pula  organisasi  penunjang    pelayanan    dalam      jemaat   yang   pengelolaannya  terintegrasi  dan   kordinatif  dengan  majelis  jemaat. Organisasi-organisasi tersebut  adalah, Paduan  Suara  Sektor,  Paduan  Suling,  Vocal Group,  AMGPM Ranting Palungan Kasih,  serta  Muhabet Oikumene.
  • Paduan  Suara   Sektor, difungsikan  secara  bergilir  mengisi  liturgi ibadah  pada    pelayanan    ibadah   minggu dan Ibadah  lainnya di gereja.    Berhubung belum dibentuk kepengurusannya maka untuk sementara  dikoordiner oleh  majelis jemaat di sektor. Tiap  sektor  memiliki  satu paduan suara  dan keterlibatan anggota jemaat di dalamnya cukup baik,   berkisar antara 20 – 30 orang tiap paduan suara.
  • Paduan Suling, difungsikan melayani ibadah minggu dan ibadah lainnya digereja, berlangsung secara  bergantian  dengan  orgen/keyboard.   Keaktifan   anggota   paduan   suling masih   belum memadai,  sehingga    jumlah   kehadiran  pada   pelayanan   ibadah   rata - rata  setengah  dari  jumlahanggota  yang sebenarnya.     
  • Vocal group, belum terbentuk secara resmi namun telah berada pada sektor-sektor  dan   unit serta  angkatan muda GPM. Difungsikan untuk mengisi liturgi ibadah jemaat.
  • AMGPM Ranting Palungan Kasih, adalah   satu-satunya  wadah   AMGPM   dalam   jemaat Palungan Kasih.  Aktifitasnya berlanggsung  normal, dan unsur Majelis  Jemaat  berada   dalam struktur selaku pembina.
  • Muhabeth Oikumene,  adalah  organisasi  kemasyarakatan non  struktural  dari Jemaat GPM Palungan Kasih, tetapi dijadikan sebagai mitra gereja/jemaat, karena bersama-sama dengan Majelis Jemaat melayani anggota jemaat yang meninggal dunia sampai proses pemakaman.

2.1.4.  Eksistensi  perangkat pelayan
Selain anggota Majelis Jemaat   yang  berjumlah 16 orang   (tidak termasuk pendeta),   pada Jemaat Palungan Kasih terdapat  113 orang anggota jemaat  yang   terlibat   selaku   perangkat pelayan.   Penyebarannya   pada    Unit   52 orang atau 37,95 %, wadah pelayanan laki-laki  26 orang atau 18,97 %, pelayanan perempuan  19 orang atau 13,86 %, pengasuh SMTPI / Remaja 13 orang   atau 9,48 %    dari  keseluruhan  jumlah   perangkat  pelayan sebanyak  137  orang   termasuk  majelis jemaat.  Dari 137 orang perangkat pelayan tersebut, yang sangat aktif 36 orang atau 26,28 %,   cukup  aktif  84 orang atau 61,31 %  dan yang kurang aktif 17 orang atau 12,41 % dengan alasan  tidak ada waktu karena pekerjaan lain. Perangkat pelayan  di tingkat  jemaat  adalah ujung   tombak  pelayanan gereja dalam mewujudkan misi  gereja  menghadirkan tanda-tanda  kerajaan Allah di dunia (Matius 28 :19, Kejadian 17:17; Kisah Para Rasul 2 : 39).     Jika ujung tombak ini menjadi lemah dan ingkar/mundur dari tugas panggilannya sebagai murid, maka akan menjadi  masalah bagi gereja dan panggilannya.  Sebanyak 75 orang dari   137 orang perangkat pelayan yang ada atau 54,74 % menyatakan diri masih pikir-pikir untuk bersedia lagi jika dimintakan kesediaannya   menjadi   perangkat   pelayan ke depan,   bahkan 9 orang  diantaranya atau 13,86 % menyatakan tidak bersedia lagi dipilih menjadi   perangkat   pelayan, dengan alasan   memberi kesempatan kepada orang lain. Mudah-mudahan alasan  ini tidak  dilatarbelakangi oleh  kecendrungan sikap  apatis  untuk  tugas    kemuridan.     Sebanyak   35 orang   atau 25.54 %  menyatakan   keprinsipannya  untuk  tetap  bersedia   jika   diminta menjadi  pelayan Tuhan   dengan  alasan   rindu   melayani   pekerjaan   Tuhan,   menghargai kepercayaan yang  diberikan dan  merasa  bertanggungjawab sebagai  anak Tuhan.
2.1.5. Keadaan  sosial budaya
      Jumlah Penduduk asli negeri Tawiri sebagai anggota  jemaat GPM Palungan Kasih, hanya sebanyak 37 kk atau 21,15 % sedangkan penduduk pendatang sebanyak 146 kk atau 78,85 %.  Penduduk pendatang  berasal dari berbagai suku dan daerah antara lain dari kota/pulau  Ambon  81 kk   atau   46,28 %, Maluku Tengah sebanyak 60 kk atau 34,28 %, Maluku Barat Daya   (MBD)   12 kk    atau    6,85 % , MTB sebanyak 6 kk atau 3,42 %, Maluku Tenggara  5 kk atau 2,85 %, SBB 5 kk  atau  2,85 %,  Buru Selatan 2 kk atau 1,14 % dan yang berasal dari luar Maluku  6 kk atau 3,42 %.
      Tidak saja pluralisme itu terjadi pada anggota jemaat, namun pada wilayah Jemaat Palungan Kasih  dihuni pula oleh warga gereja dari  aliran gereja – gereja saudara  yang   berlatar   belakang   sosial    berbeda-beda sesuai asal usul mereka,   termasuk  didalamnya  beberapa   keluarga  yang  berasal  dari  komunitas muslim (Lampiran 2). Dalam realitas  komunal  yang  heterogen  itu, membawa konsekwensi logis  terjadinya interaksi  sosial budaya yang pluralis.  Gereja selaku tubuh Kristus  melihat perbedaan tersebut  bukan sebagai  sebuah ancaman, namun sebagai  sebuah kekuatan untuk saling melengkapi  dan   membangun   sebuah  keutuhan   ciptaan bagi perspektif  kehidupan yang  bermakna, (I Korintus 12 : 12-27).   Filosofi  keimanan   ini, telah   mewarnai  kehidupan   jemaat  sehingga   berlangsung    perilaku   kehidupan   saling menerima perbedaan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini didasari oleh pengalaman  empiris,  serta pengakuan anggota   jemaat   sebanyak  94,85 %  yang  merasa  tidak   terganggu   keberadaannya  dengan  adanya berbagai suku di lingkungan mereka.
      Selaku  masyarakat   berbudaya,   jemaat   GPM   Palungan   Kasih   membangun  kehidupan dalam  kebersamaan dan tetap memelihara  budaya gotong royong  (97,14  %) serta  masih   menjadikan    sasi  (45,4 %)   dalam   pemeliharaan tanaman maupun lingkungannya.  Dari aspek adat, kecendrungan   menerima  dan   melaksanakan    adat    setempat   sebagai   kearifan lokal  cukup menonjol. Hal ini terbukti  ketika pelaksanaan  perkawinan maupun kepemilikan  hak  atas   tanah  dan   kekayaan  alam  diatur  oleh   hukum   adat   setempat.   Sebanyak    53,14 %   warga   jemaat  mengakui dan mewujudkannya.   

2.1.6. Keadaan Ekonomi Jemaat
a. Pekerjaan/mata pencaharian
          Sumber  Daya   Manusia   yang   produktif   menghasilkan  pendapatan  finansial  di Jemaat GPM  Palungan Kasih  berjumlah 222 orang atau 30,49 % dari keseluruhan anggota jemaat yang ada, sebagaimana dirinci dalam tabel 3 berikut ini.
        Tabel 3.  Jenis pekerjaan anggota jemaat
Pekerjaan
                Jumlah menurut sektor dan unit
Total
 Bethlehem
    Eklesia
Getsemani
 I
 II
III
I
II
 III
 I
 II
 PNS
3
 6
3
3
1
 2
 5
 11
     33
 Pegawai Swasta
5
 8
5
12
5
 2
 7
 5
     39
 Petani
4
 1
6
12
10
 13
 11
 1
     60
 Nelayan
1
 -
-
2
-
 1
 1
 2
     6
 Pedagang
-
 -
-
-
-
 -
 -
 -
     -
 Wirausaha
6
 4
3
6
5
 5
 3
 8
     40
 TNI/POLRI
1
 1
-
-
2
 -
 2
 1
     7    
 Pensiunan
5
 5
-
1
1
 1
 3
 5
     21
 Tukang/supir
-
 1
-
7
3
 1
 1
 3
     16
 Jumlah
25
26
17
43
27
 34
33
37
   222
       Sumber data: Hasil pendataan Tim Renstra 2011.
       Berdasarkan data  tabel 3  di atas,  yang  bekerja  sebagai  PNS 33 orang  atau 14,86 %,  pegawai  swasta  39 orang atau 17,56 %, petani  60 orang   atau   27,02 %,  nelayan 6 orang    tau  2,70 %,  pedagang   0 %, wirausaha 40 orang atau 18,01 %, TNI/POLRI    7 orang   atau  3,15 %, Pensiunan  21 orang atau 9,45 %, supir  16 orang atau  7,20 %.
          Dari   pekerjaan   anggota  jemaat  yang  berpotensi   untuk  dikembangkan   sebagai  sumber   pendapatan   yang  handal  sesuai  potensi   sumber  daya  alam yang ada  adalah  petani dan  wirausaha pengusaha batu bata/ tela.   Sebagai   gambarannya,   didapatkan   petani   yang    memiliki lahan  di atas  1 –  3  hektar   sebanyak   29   orang    yang    sudah    ditanami    tanaman  umur  pendek   berupa sayur  sayuran   dan  umbi -  umbian   hanya   menghasilkan   uang  dalam  waktu  3 – 6 bulan  berkisar   Rp. 250.000  s.d  Rp. 1.500.000   serta    tanaman    umur  panjang   berupa   cengkeh,  durian,   pala,  kelapa   dan   cokelat,   dengan   penghasilan    yang   diperoleh  dalam  waktu 6 s.d  1  tahun  hanya berkisar antara  satu sampai dengan  lima juta rupiah.
        Sangat  disayangkan, kegiatan  pertanian  mereka  pada  lahan yang luas dan  potensial  tersebut  masih  dikerjakan  secara  tradisional karena  sebanyak   55  orang  petani    atau  91,66 %  belum  pernah  mengikuti  kursus  tani guna  penambahan  pengetahuan  mereka,  sehingga  pengolahan lahan dan penanaman  masih serba tradisional.
        Sedangkan  wirausaha  batu bata/tela  sebanyak   24  kk  atau   13,71 %,  dianggap  sudah   cukup   memadai, namun  usaha  mereka  masih  belum  menggembirakan. Sebagai   gambaran,  didapati jumlah  produksi setahun   < 10.000 buah sebanyak  8  orang atau 33,33 %,  >  dari     10.000 buah   7 orang atau 29,16 %,  > dari 20.000 buah 5 orang atau 20,83 %, dan > 30.000    buah,  sebanyak  5  orang  atau  20,83 %.   Dilihat dari  jumlah  produksi, masih   belum   memadai  jika  dilihat dari   potensi    alam   yang  tersedia.   Dengan  rendahnya    produksi,  berdampak   pula   pada   jumlah penghasilan yang diperoleh. Dalam satu tahun, hanya  13 pengusaha  yang  dapat   mencapai  10 juta  rupiah, sedangkan   perolehan  pendapatan  antara 10 juta s.d 30 juta rupiah 11 orang.
        Masalah-masalah  seperti   pemasaran,  kesulitan   bahan   bakar,   modal usaha dan   kesulitan   tenaga    kerja  terampil merupakan aspek penanggulangan yang   mesti mendapat perhatian  ke depan.
 b. Potensi Sumber Daya Alam
       Jemaat GPM Palungan Kasih berada pada tiga dusun petuanan   negeri   Tawiri   yaitu  dusun Wessa,  Weti, dan   Riang. Di ujung   Wesa   berbatasan   dengan   jemaat   Tawiri, dialiri sungai wai Wesa, didusun    Weti dialiri sungai Wai Weti  dan   di ujung   dusun   Riang   berbatasan   dengan Jemaat Hatiwe Besar, dialiri sungai Waipia Besar. Disepanjang sungai Wesa, bertumbuh ratusan   pohon sagu  yang oleh pemerintah akan dijadikan sebagai daerah pengembangan industri sagu. Pada    sungai  wai  Weti,   dimanfaatkan  oleh  warga  masyarakat  sebagai  tempat  cucian pakaian,   sumber air minum, serta dengan seijin pemerintah negeri masyarakat   dapat  mengambil  batu  secukupnya   untuk keperluan membangun rumah. Di sepanjang tepian pantai  dari  dusun  wesa  sampai  ujung  Riang, bertaburan  batu  kerikil  dan pasir putih yang selalu dimanfaatkan  masyarakat  untuk  membangun   rumah   dan   terkandang dimanfaatkan   oleh  orang  tertentu  untuk  dijual  demi  pemenuhan kebutuhan keluarga.  
Pada lautan   yang   dangkal   ditepian  pantai,   terkandang   menghasilkan   ikan  lema,   make, dll oleh   tangkapan warga yang menggunakan jaring tasik. Sedangkan pada  laut  dangkal  yang   jauh  dari   tepi pantai,    terdapat  nelayan-nelayan  yang  mengail  ikan, bodi  jaring, serta bagan tangkapan ikan, rompong dll. Pada lingkungan hunian masyarakat, masih terdapat lahan-lahan  kosong  milik warga yang  dimanfaatkan untuk penanaman tanaman umur pendek seperti  sayur,    pisang   dan  umbi-umbian. Pada kawasan hutan,  terbentang  areal yang luas dan subur, sebagian telah diolah oleh warga masyarakat (termasuk anggota jemaat) tetapi masih terdapat  sebagian besar   lahan  yang  belum  diolah. Terhadap  potensi    sumber daya  alam   tersebut ,  jemaat   cukup   memiliki      kepedulian untuk  memelihara  kelestariannya   dengan  turut  serta   menanam  pohon  di hutan,  bahkan  lebih  dari  90 %  anggota   jemaat   sudah  melaksanakannya, dan menyambut baik pelarangan penebangan hutan, pengambilan galian C (pasir, kerikil) disekitar sungai dan pantai.
2.1.7.  Keadaan Pendidikan Dan Ketersediaan Sumber  Daya Warga Gereja
Kualitas sumber   daya  warga  gereja   Jemaat  GPM  Palungan  Kasih  jika   ditinjau   dari     tingkat   pendidikan,  masih   belum   memadai.   Hal  ini  terlihat  pada  prestasi  strata   pendidikan seperti tergambar pada tabel berikut.

Tabel 4. Keadaan pendidikan Jemaat GPM Palungan Kasih
JENJANG
STATUS
SEKTOR
JUMLAH
PENDIDIKAN
Betlehem
Eklesia
Getsemani






SD
Tidak Tamat
2
14
0
16
Sedang Sekolah
29
45
42
116
Pendidikan Terakhir
16
30
21
67
SLTP
Tidak Tamat

10
2
12
Sedang Sekolah
16
14
17
47
Pendidikan Terakhir
14
22
12
48
SLTA
Tidak Tamat
1
4
1
6
Sedang Sekolah
15
12
16
43
Pendidikan Terakhir
81
69
49
199
STRATA 1 (S1)
Tidak Tamat


1
1
Sedang Kuliah
13
9
14
36
Pendidikan Terakhir (D1)
2
0
0
2
Pendidikan Terakhir (D3)
6
10
2
18
Pendidikan Terakhir (S1)
9
12
18
39
STRATA 2 (S2)
Tidak Tamat




Sedang Kuliah

1
1
2
Pendidikan Terakhir

1
1
2
STRATA 3 (S3)
Tidak Tamat




Sedang Kuliah




Pendidikan Terakhir




TOTAL
204
253
197
654
   Sumber data: Hasil pendataan Tim Renstra 2011

    Berdasarkan data yang disajikan dalam table di atas, diplot grafik prosentasi anggota jemaat menurut jenjang pendidikan sesuai dengan status kependidikannya, seperti ditampilkan dalam gambar 2.
     Jumlah terbesar  tingkat  pendidikan  jemaat GPM Palungan Kasih jika    dipresentasikan menurut   jenjang   pendidikan, maka   tamatan SMA  /sederajat  adalah  yang  terbanyak   yaitu    199 orang atau  30,43 % dan SD /sederajat sebesar  67   orang,  atau  10,24 %,  serta  SLTP/ sederajat  48 orang atau 7,34 %. Sedangkan  S1 sebanyak  39 orang  atau   5,96 % dan S2 hanya 2 orang  atau        0,31 %, sementara  yang masih berada di Perguruan Tinggi  berjumlah  38 orang atau 5.81%. Dari gambaran secara kuantitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa  ketersediaan  sumber  daya   warga   gereja pada jemaat GPM Palungan Kasih relatif mulai berkembang dan diharapkan  5-10 tahun kedepan  telah memadai secara kuantitas maupun kualitas.

2.1.8.  Keadaan Kesehatan
     Secara umum, kesehatan anggota jemaat GPM Palungan Kasih berada  dalam kondisi relatif baik, karena tidak ditemui  adanya  warga  gereja  yang menderita penyakit secara  akut  seperti   cacat phisik terdapat 1 orang, cacat mental terdapat 3 orang, tuna rungu, tuna netra dan sejenisnya. Tidak pula ditemui  anggota jemaat yang mengidap penyakit menular seperti TBC, kusta dan lain-lain. Jenis penyakit yang  lasim  dialami  jemaat   adalah  sama dengan  keluhan kebanyakan masyarakat  terhadap jenis penyakit   flu, batuk,   demam,   malaria,  diare,  dan  terkadang  ada  yang  mendapat  gangguan  ginjal,  itupun  dalam jumlah yang sangat kecil. Pada umumnya, penyakit yang dialami anggota jemaat tersebut diakibatkan oleh  polusi  udara,  perubahan  iklim, lingkungan yang kotor, serta air minum yang kurang sehat.
     Terhadap aspek kesehatan, pada umumnya anggota jemaat telah memiliki kesadaran yang  tinggi yaitu dengan  memanfaatkan puskesmas  atau rumah sakit  untuk   keperluan   pemeriksaan   dan  pengobatan. Tercatat  sebanyak  107   kepala   keluarga  atau   61,14 %   anggota   jemaat   sudah  memiliki kartu askes, jamkesda atau kartu lainnya untuk  untuk keperluan perawatan kesehatan.

2.1.9.  Pembinaan Umat
      Gereja  selaku orang percaya diharapkan berkembang dan bertumbuh dalam iman  yang   kokoh  terhadap Yesus  Kristus  dan   mampu mengaplikasikan  imannya  itu   dalam   perbuatan   nyata   sebagai  wujud  keterpanggilannya untuk bersaksi dan melayani.
      Untuk   mendapatkan   sosok   warga   gereja   yang  demikian,   gereja    selaku institusi perlu  melaksanakan pembinaan kepada umatnya secara  terprogram, berkesinambungan  dan  dapat dirasakan hasil capaiannya. Pembinaan umat di jemaat Palungan Kasih  dilakukan sesuai program  prioritas  pelayanan  GPM  bidang  profil  keumatan  yang  mencakup  aspek  theologi, moral  dan       spiritualitas. Berikut adalah gambaran pembinaan umat pada jemaat Palungan Kasih.
  1. Pendidikan Formal Gereja ( PFG)
    1. Sekolah Minggu dan Pekabaran Injil
Melaksanakan penguatan kapasitas pegasuh SMTPI/Remaja Gereja  terhadap silabus/kurikulum, materi pembelajaran dan metedologi mengajar. Kegiatan pembinaan berupa lokakarya dan   pelatihan   serta   bimbingan   pengasuh   pada  setiap  minggu. Pelaksanaan SMTPI dan Remaja  berlangsung  hari  minggu   selesai   ibadah   pagi   dan   sore   hari   sesuai    program pembelajaran.
    1. Pendidikan katekesasi, dilaksanakan  2 x dalam seminggu dengan mempedomani  kurikulum yang berlaku dan berjalan sesuai rencana pemblajaran. Kesadaran   siswa    cukup   baik   dan intensitas kehadiran cukup baik.
    2. Pembinaan melalui pelayanan doa dan pastoralia
Dilaksanakan melalui perkunjungan Majelis/Pendeta ke rumah-rumah , pelayanan doa orang Sakit   di rumah / rumah sakit,   pelayanan   doa   HUT   pernikahan   dan  HUT kelahiran, serta pelayanan khusus untuk keluarga-keluarga bermasalah.
  1. Pembinaan spiritualitas terpadu
Dilaksanakan   melalui  peribadahan,  khotbah,   meditasi    dan  pemahaman  Alkitab.   Selain ibadah minggu, dilaksanakan ibadah  unit pada setiap jumat, ibadah pelayanan laki-laki pada setiap hari selasa, ibadah pelayanan perempuan setiap hari rabu, ibadah pemuda setiap hari kamis, ibadah sektor/ kunci usbu pada setiap hari sabtu dan ibadah keluarga Majelis dan Tuagama pada minggu II dan IV setiap bulan berjalan serta ibadah Pengasuh pada minggu I dan III setiap bulan berjalan.   Kehadiran   jemaat   dalam   ibadah minggu   dari  waktu   ke waktu   mengalami   peningkatan,   demikian   pula   pada ibadah unit,  sektor dan pelayanan perempuan. Sedangkan kehadiran laki-laki dalam ibadah pelayanan laki-laki belum terlalu menggembirakan.
  1. Keadaan wadah /organisasi pelayanan gereja
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Jemaat GPM Palungan Kasih terdiri atas 3 sektor pelayanan yang terbagi dalam 8 unit pelayanan, 3 wadah pelayanan Laki-laki dan 3  wadah  pelayanan perempuan   sesuai jumlah sektor yang ada. Sedangkan  pada  tingkat  jemaat  ada  Sub-Komisi Anak  Remaja,  Sub-Komisi Perempuan, Sub-Komisi Laki-laki, Komisi Pikom, Komisi Finek  dan Komisi Pelpem. Keadaan wadah dan  organisasi pelayanan tersebut  tetap eksis melaksanakan misinya  sesuai   program  dan walaupun ada kendala, namun tidak berdampak apa-apa bagi kelangsungan  tugas dan panggilannya.
Untuk  meningkatkan  kualitas  dan kapasitas perangkat pelayan, oleh    jemaat  dilaksanakan berbagai program  penyuluhan, ceramah, diskusi, dan pelatihan/lokakarya. Hal ini diakui oleh 93 orang pengurus  wadah organsasi  atau 67,88 %  yang   merasakan    telah   mendapatkan pengetahuan yang memadai dari gereja. Sedangkan kendala-kendala yang   dihadapi   adalah masalah-masalah internal  keluarga  seperti faktor ekonomi, tugas pokok, desharmoni dalam keluarga yang terkadang mengganggu  tugas-tugas  selaku perangkat pelayan.


    1. Problematika
2.2.1. Problem  Profil Keumatan
   1. Aspek teologi, moral dan spiritual
  1. Pelaksanaan  ibadah-ibadah dalam  jemaat  seperti   ibadah  minggu  di gereja, ibadah Sektor, ibadah  unit, ibadah  wadah  pelayanan  laki-laki dan  perempuan, serta ibadah-ibadah lainnya pada satu tahun terakhir, menunjukkan peningkatan, namun secara kuantitatif masih jauh dari  memadai.
Statistik kehadiran  jemaat dalam setiap ibadah Minggu di gereja, menunjukkan  angka  berkisar antara  200 – 400 orang, kebanyakan kaum perempuan dan anak remaja. Artinya, prensentasi kehadiran anggota  jemaat pada  ibadah  minggu hanya mencapai 50 – 60 %  dari jumlah anggota jemaat  sebanyak 728 orang.  Demikian pula pada ibadah        sektor, unit, dan apalagi  ibadah pelayanan  laki-laki, kehadiran   anggota   jemaat   hanya  berkisar  antara  40 – 50 %  dari  jumlah   anggota jemaat di sektor/unit masing-masing.
Rumusan masalah :
Kehadiran  jemaat,  terutama   pemuda   dan   bapak-bapak  untuk  beribadah masih belum memadai.

  1. Refleksi Firman seringkali tidak menyentuh konteks kehidupan jemaat sehingga belum berdampak pada perubahan perilaku seperti yang diharapkan oleh pemberitaan Firman tersebut.
Rumusan masalah :
Kurang diberlakukan liturgi kontekstual dalam jemaat
 
  1. Masih  adanya  kesulitan  dari  tahun ke tahun untuk  mendapatkan  kesediaan  anggota  Pengurus  Wadah  Pelayanan   Laki-laki  atau  Wadah  Pelayanan  Perempuan.    Sesuai data  dan   informasi   Panitia  Pemilihan   Majelis   periode   2010-2015, pada beberapa sektor terjadi kesulitan mendapatkan calon Majelis Jemaat karena Sumber Daya Warga Gereja  sangat terbatas.  Demikian  pula  terhadap  Kordinator  Unit dan   wadah–wadah  pelayanan. Alasan-alasan  yang  dikemukakan   adalah  tidak  mampu, ada tugas pokok, masalah keluarga dan lain-lain.
Rumusan masalah:
Kapasitas   Sumber  Daya  Warga   Gereja dan  tanggungjawab   melayani  pekerjaan  Tuhan  dikalangan umat masih rendah.

  1. Pada wilayah  pelayanan Jemaat Palungan Kasih, terdapat pula  beberapa gereja saudara seperti Gereja Pantekosta, Sidang Jemaat Allah, Bethani,  Gereja Kristen Indonesia dan  Gereja   Katolik (Lampiran 2), dan berdasarkan lampiran ini dapat ditampilkan grafik keadaan jemaat non-GPM seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Jumlah anggota jemaat non-GPM

Sebelum    Jemaat   Palungan   Kasih  dimekarkan  dari   Jemaat  GPM Tawiri, ada beberapa keluarga   anggota   jemaat   yang   beralih  ke  aliran   gereja  tersebut.   Pada   tahun 2011 ini, ada satu keluarga yang beralih  ke aliran  gereja Bethani,  dengan alasan, di GPM mereka merasa  jauh dari Tuhan. Setelah direcek keberadaanya dilingkungan sekitar, ternyata perilaku yang bersangkutan kurang empati dan  sering  membuat ulah dengan tetangga sesama warga jemaat Palungan Kasih.
           Rumusan masalah:
Ketahanan  iman  dan  pemahaman bergereja dikalangan anggota jemaat perlu ditingkatkan.




2.2.2. Aspek ekonomi
  1. Sebanyak  60 % Jemaat  Palungan   Kasih   berpekerjaan  pokok  sebagai   petani, namun penghasilan mereka masih sangat rendah. Ternyata pola tani  mereka  tidak  profesional dan tidak memanfaatkan lahan secara maksimal.  Ada kecenderungan, hasil pertanian hanya untuk stok makanan cadangan sedangkan kerja lain untuk mendapatkan uang lebih dipentingkan.
           Rumusan masalah:
Potensi  petani dan  sumber daya  alam belum  diberdayakan secara  maksimal  untuk penguatan ekonomi keluarga.

  1. Pengusaha  Batu  Bata / Tela  cukup  banyak  yakni 24 pengusaha, tetapi produksi dalam setahun  belum  terlalu  menggembirakan. Terbanyak   dari  mereka hanya memproduksi kurang dari 20.000  buah  setahun. Jumlah   produksi  yang  demikian  mempengaruhi dan sebagian besar atau 54,16 % yang berpenghasilan di bawah 10 juta rupiah setahun.
Faktor-faktor  yang  masih menjadi ganjalan adalah pekerjaan olah  tanah   masih secara manual dan terbatasnya modal usaha, juga  kesulitan pemasaran dan kurangnya tenaga  kerja terampil.  
           Rumusan masalah:
Profesionalisme pengusaha Batu Bata / tela belum memadai disebabkan pengolahan tanah masih secara manual dan kurangnya tenaga  terampil, modal usaha serta akses pemasaran  belum lancar.    

  1. Lautan  sebagai  sumber daya alam  yang  potensial  seharusnya dapat dijadikan sumber mata pencarian ikan untuk penguatan ekonomi keluarga, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun laut yang potensial tersebut  belum dimanfaatkan oleh  warga gereja   jemaat   Palungan  Kasih. Tercatat hanya  6 orang  yang   berprofesi  sebagai   nelayan  tradisional dengan  pendapatan  rata-rata  dapat mencapai lima ratus ribu rupiah  sebulan.  Dengan memperhatikan   potensi   sumber daya   alam (laut) dan potensi  anggota jemaat, perlu kiranya dikembangkan profesi nelayan secara kuantitas dan kualitas.  Artinya,   jumlah   nelayan   harus   bertambah    dengan usaha perorangan maupun kelompok dengan  meningkatkan skala daya tangkapan ikan,  (jaring bodi, bagan, rompong dan lain-lain).
           Rumusan masalah:
Kuantitas,  kualitas  dan  profesionalitas nelayan  masih sangat  rendah menyebabkan  potensi  sumber  daya  alam  laut belum dapat dimanfaaatkan seluas-luasnya untuk  kesejahteraan  umat.
     
  1. Pengusaha tani, nelayan dan usaha tela selama ini kurang produktif karena tidak didukung oleh fasilitator internal dan kerjasama dengan pemerintah daerah atau pihak-pihak terkait yang dapat diminta bantuannya.
           Rumusan masalah:
  1. Jalinan kerjasama dengan pemerintah Provinsi atau Kota yang belum terlaksana selama ini harus diberlakukan.
  2. Badan Usaha Jemaat yang belum ada harus dibentuk

2.2.3. Aspek Hukum                 
  1. Masih  sering  terjadi   kasus-kasus   rumah   tangga  yang  menyebabkan terjadinya disharmoni dalam keluarga yang dibarengi  dengan tindakan kekerasan. Diketahui  beberapa  penyebabnya adalah faktor  selingkuhan, konsumsi minuman keras dan perjudian.
           Rumusan masalah :
  1. Kesadaran sebagian jemaat terhadap aspek  HUKUM dan HAM belum memadai.
  2. Pemahaman akan bahaya konsumsi minuman keras, perselingkuhan dan perjudian dikalangan sebagian jemaat masih dianggap sepele.

     b.  Kepemilikan  tanah  menjadi problem yang cukup serius karena terkendala oleh   proses sertifikasi. Tercatat sebanyak  78   keluarga   yang   belum    memilki  sertifikat tanah walaupun diantaranya sudah pernah diproses oleh Badan Pertanahan.
Rumusan masalah :
Perlindungan hukum terhadap hak atas tanah jemaat belum terlayani dengan baik.

c.  Ditemui beberapa kasus  bahwa  anak  di bawah  usia  telah   dieksploitasi untuk kepentingan keluarga dengan tidak memperhatikan hak-hak hidupnya.
Rumusan masalah :
                        Perlindungan hak anak belum diberlakukan secara baik.



2.2.4.  Aspek Budaya  
Sasi sebagai kearifan lokal di negeri Tawiri terasa semakin mulai ditinggalkan oleh masyarakat pada hal sebagai nilai budaya lokal, harus dilestarikan.
Rumusan masalah :
Pelaksanaan sasi gereja/negeri belum dilaksanakan harus diefektifkan.

2.2.5.  Aspek Pendidikan
a.  Proses  pembelajaran Pendidikan SMTPI/Remaja   yang  berlangsung   di gereja seusai  ibadah   minggu,  masih belum  memadai  sesuai    program pembelajaran disebabkan waktu yang  singkat,  komitmen pengasuh yang kurang, dan belum memadainya  kapasitas pengasuh serta kehadiran anak-anak masih kurang.
             Rumusan masalah:
  1. Proses pembelajaran pendidikan SMTPI/Remaja belum  terlaksana sesuai  program  pembelajaran.
  2. Kepedulian orang tua belum maksimal

b. Perangkat  pelayan  yang  ada  sekarang  belum  memadai  dalam    memahami dimensi kepelayanannya, adalah output dari pendidikan  katekesasi sebagai  media pendidikan  formal  gereja. Ini berarti  ada  kekurangan pada  proses  pembelajaran pendidikan katekesasi yang harus dibenahi. Apakah proses pembelajaran katekesasi sudah berkualitas?
Rumusan masalah:
Pendidikan katekesasi belum dilaksanakan secara maksimal.

c. Latar belakang pendidikan anggota  jemaat  menunjukkan  bahwa pada sepuluh tahun  terakhir, kepedulian jemaat untuk menyekolahkan anak  ke jenjang pendidikan tinggi sangat  kurang.  Jumlah  jenjang  pendidikan terakhir SMA  sebanyak  204 orang,  diploma  20  orang  dan   sarjana (S1) 28 orang serta magister (S2) 2 orang, adalah   indikator   rendahnya  studi lanjut  ke jenjang pendidikan tinggi. Data terakhir menunjukkan  masih   terjadi anak  putus  sekolah   di SD, SMP, SMA dan  Perguruan  Tinggi  walaupun  dalam  jumlah   yang  kecil,   namun    hal   ini tidak boleh terjadi.  Masalah ekonomi keluarga, pergaulan  bebas anak  menjadi  faktor penyebab yang  menonjol.
Rumusan masalah:
Kemampuan dan pemahaman serta daya juang orang tua untuk  menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan tinggi  masih rendah.   

d. Pendidikan Usia Dini bagi Anak-anak di bawah  usia sekolah (play group),  dianggap penting oleh pemerintah sehingga oleh Kementerian Diknas memprogramkannya.
Anak-anak di bawah usia sekolah di Jemaat  Palungan   Kasih    perlu    di-playgroup-kan guna mendapatkan  bibit unggul ke jenjang  Sekolah Dasar.
             Rumusan masalah :
Fasilitas dan tenaga pendidik untuk menyelenggarakan  pendidikan usia dini (playgroup) belum terpenuhi.

2.2.6. Aspek Kesehatan        
a.  Penyakit  menonjol  yang banyak diderita oleh jemaat adalah malaria yang disebabkan oleh  bekas rawa yang masih ada di  pusaran   daerah   Riang,  Weti   dan  Wesa serta  sistem sanitasi lingkungan yang belum tertata.  Dinas  kesehatan Kota Ambon belum melaksanakan pencegahan maupun pengobatan serta pemerintah negeri belum memprogramkan pembangunan jalan dan sanitasi lingkungan. Sejauh ini jemaat belum mensinergi program pembenahan lingkungan dengan pemerintah negeri.
  Rumusan masalah :
  1. Selama  ini belum  dilaksanakan   program kerjasama dengan  Dinas  Kesehatan Kota Ambon  untuk  penyuluhan,  pencegahan  dan   pengobatan   penyakit malaria.
  2. Kerjasama dengan pemerintah negeri belum disinergikan.     

  1. Kesulitan air bersih untuk konsumsi keluarga menjadi masalah yang tak dapat diatasi oleh masyarakat/jemaat di daerah Riang dan sekitarnya. Jemaat mendapatkan air bersih melalui beberapa titik sumber air yang terbatas intensitas volumenya dan juga dipengaruhi oleh kadar zat belerang yang tinggi.
  Rumusan masalah :
Upaya dengan instansi terkait perlu dilakukan.  
2.2.2. Problem Profil Pelayan
1. Aspek teologi, moral dan spiritual          
a. Kesadaran umat terhadap tugas panggilan dan pengutusan relatif   memadai   karena  137 orang bersedia  menerima tanggungjawab menjadi  pelayan  jemaat  untuk mengisi fungsi-fungsi  pelayanan gereja. Mereka   melaksanakan  fungsi dan perannya tanpa pamrih walaupun  menghadapi  banyak  tantangan  secara  internal maupun eksternal.                   
Namun,  sebagai   pelayan   mereka   adalah  manusia   biasa  yang     terkadang goyah ketahanan imannya. Ada kecenderungan terjadinya kegoyahan iman, dan  dapat terindikasi dari  pengakuan 75 orang    perangkat  pelayan yang menyatakan masih pikir-pikir  untuk   menerima  tugas sebagai pelayan ketika masa baktinya berakhir, bahkan  sebanyak   19  orang menyatakan tidak  bersedia lagi.  Artinya 94 orang atau  68,61%  berada dalam kegoyahan iman terhadap tugas panggilan dan pengutusan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap  pelayan   menjadi   demikian antara  lain ekonomi keluarga, disharmoni  dalam  keluarga, tugas pokok, serta  sikap sesama pelayan  kurang familiar.
Rumusan masalah :
Kesadaran umat terhadap  tugas  panggilan  dan  pengutusan    relatif baik, namun ketahanan iman dan semangat solidaritas sesama pelayan perlu selalu ditingkatkan.

b. Masalah-masalah sosial sering terkontaminasi dan berpengaruh  terhadap  pelayanan gereja.   Masalah   minuman   keras,   perjudian, perkelahian,   perselingkuhan, sering merusak  rumah tangga dan persekutuan umat. Majelis  Jemaat atau perangkat pelayan belum maksimal melaksanakan tugas pastoralianya  karena kemampuannya terbatas.
Rumusan masalah :
Kemampuan pastoralia perangkat pelayan belum memadai.    
  1. Kurang hadirnya anggota jemaat dalam  ibadah-ibadah  minggu, unit dan wadah-wadah, salah satu penyebabnya  adalah   penguasaan  materi  dan model-model ibadah yang belum kreatif.
Rumusan masalah:
Kapasitas perangkat pelayan belum memadai, terutama dalam  penyusunan  renungan dan  teknik  berkhotbah  karena kurang mendapat   pelatihan tentang penyusunan renungan dan teknik-teknik berkhotbah.      

  1. Tugas-tugas perangkat pelayan kurang dihayati dengan baik sehingga tanggung jawab pelayanan sering terabaikan.
Rumusan masalah:
Komitmen perangkat pelayan terhadap tugas panggilannya masih lemah.

2. Aspek Ekonomi     
Standarisasi gaji Pendeta dibanding dengan tingkat kemahalan dewasa ini sungguh tidak seimbang, sementara fokus Pendeta hanya untuk pelayanan dan tidak berpeluang lain untuk menambah pendapatan bahkan kebutuhan keluarga menjadi terabaikan.
Transportasi pelayanan ke rumah sakit di pusat kota sangat memakan   biaya disamping tugas-tugas lain yang harus dijalani dan pelayanan kesehatan Pendeta, juga membutuhkan biaya  yang tidak sedikit.
Rumusan masalah :
Anggaran belanja  pada APBJ  untuk   pos   anggaran   dana   taktis  dan kesejahteraan pendeta masih belum memadai.

3. Aspek Pendidikan
Pendeta Jemaat perlu mengembangkan dirinya untuk peningkatan kapasitas guna menjawab perubahan.
Rumusan masalah:
Dibutuhkan dana penunjang studi lanjut Pendeta.

4. Aspek Pluralisme Agama
Perangkat pelayan selaku pemimpin umat memiliki peran untuk memberikan pemahaman kepada jemaat tentang  pluralisme agama dan budaya guna mencegah perbedaan cara pandang yang dapat berakibat terjadinya konflik sosial. Realitas menunjukkan bahwa ada cara pandang yang masih rancu tentang pluralisme agama dan budaya dikalangan perangkat pelayan.
Rumusan masalah:
Pengetahuan   perangkat  pelayan  tentang  pluralisme agama dan budaya  dalam konteks   pandangan kristen, masih  belum memadai.

2.2.3. Problem Profil  Kelembagaan
a.  Masih  adanya  kerancuan  tugas  dan sikap apatis dari personil  perangkat  pelayan pada  level  jemaat,  sektor, unit  dan  wadah-wadah  pelayanan  yang berakibat terjadinya salah  pengertian antar sesama  pengurus.  Selain  masalah rincian tugas yang belum  ada, belum terlihat motivasi dan sikap proaktif pengurus dalam memajukan organisasi.  
Rumusan masalah:
Job  diskripi   Sub-sub  Komisi   tingkat  Jemaat,  Koordinator  Unit,  dan  wadah-wadah pelayanan  belum dipahami secara baik, serta aspek  kepemimpinan  dan manajemen   organisasi masih  perlu ditingkatkan.

b.  Aktifitas perkantoran, rapat-rapat Majelis Jemaat, ruang ganti pendeta, dan ruangan kerja Seksi-seksi Majelis Jemaat  dan   Sub-sub   Komisi    belum    tersedia, menyebabkan  pengelolaan   manajemen  organisasi   dan    pelayanan belum  tersentraliser  secara baik  turut  mengurangi produktifitas kerja.
Rumusan masalah :
Prasarana gedung Gereja Palungan Kasih belum  memadai  untuk menampung aktifitas manajemen pelayanan.

c. Jemaat masih mengandalkan pendapatan keuangan  dari  kolekta-kolekta   ibadah,  iuran anggota jemaat serta perpuluhan. Belum  ada usaha-usaha lain dari Jemaat secara lembaga  dalam memanfaatkan  sumber daya alam dan SDM yang ada.
Rumusan masalah :
Hutan yang luas dan subur, belum diberdayakan menjadi lahan produksi pangan  untuk dijadikan sumber pendapatan jemaat.

d. Hasil pemeriksaan Tim Verifikasi Jemaat, menggarisbawahi belum ada tenaga administrasi untuk melaksanakan tugas-tugas perkantoran dan pengelolaan keuangan jemaat masih secara manual.
Rumusan masalah :
Belum tersedia tenaga administrasi yang terampil untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi jemaat.

e. Penguatan   institusi   harus  dibarengi  dengan  penguatan SDM. Pendeta  jemaat  adalah seorang manajer tetapi   juga  sebagai  Pelayan Firman, diperhadapkan dengan perkembangan  dan kemajuan keagamaan dalam     konteks kekhasan Indonesia, diharapkan tidak ketinggalan dalam memahami konteks tersebut. Kegiatan-kegiatan pertemuan pendeta  atau seminar-seminar nasional tentang keagamaan, perlu diikuti oleh pendeta atau unsur Majelis Jemaat.  Dalam APBJ  jemaat belum tercantum biaya perjalanan dinas  Pendeta/Majelis Jemaat ke luar daerah pada setiap tahun  anggaran.
Rumusan masalah:
Dapatkah disediakan  anggaran  untuk  belanja  perjalanan  dinas  Pendeta/Majelis Jemaat  mengikuti kegiatan-kegiatan Nasional keagamaan ?

f.  Anggota  jemaat  yang   tidak  mampu  seperti  perempuan janda,  anak yatim piatu, duda, dan keluarga rumah tak layak, ada didepan mata  Majelis Jemaat dan sesama anggota jemaat. Mereka bukan menjadi beban jemaat tetapi adalah tanggungjawab jemaat.
Rumusan masalah:
Seberapa jauh kepedulian jemaat  dalam  mengatasi kesulitan mereka.
  
g. Sesuai  data hasil   investigasi  Tim  Renstra,  ditemui   ada anggota jemaat  yang anaknya putus sekolah  akibat  masalah  ekonomi,  sementara kita ditantang untuk membangun sumber daya warga gereja  yang berkualitas.
Rumusan masalah:
Dapatkah jemaat memberi beasiswa kepada siswa berprestasi tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi untuk keluarga yang kurang mampu (BKKM)?

    1. Analisis Kelembagaan
2.3.1. Majelis Jemaat
         a.  Ratio Majelis Jemaat dan Jemaat
Majelis   Jemaat  Palungan   Kasih   berjumlah   16 orang,  terdiri  atas Penatua  8 orang dan Diaken   8   orang.  Penetapan   jumlah   Majelis   Jemaat  sesuai  kebutuhan    pelayanan berdasarkan   unit   yang  ada.    Ditetapkan   tiap   Unit  pelayanan  mendapatkan   1 orang                   Penatua dan 1 orang Diaken. Dengan demikian, Sektor Betlehem  3   Penatua, 3 Diaken, Sektor Eklesia 3 Penatua, 3 Diaken  dan Sektor Getsemani  2 Penatua dan 2 Diaken.
Berikut, adalah ratio  Majelis Jemaat dan Jemaat, dirasionalisasi menurut  unit dan jumlah jiwa.
 Tabel 5. Ratio Majelis Jemaat dan Jemaat
SEKTOR
UNIT
JLH
KK
JUMLAH                   JIWA
JUMLAH  M.J
RATIO

 ETHLEHEM   
    I
 23
      89
       2
1 : 44
    II
 23
      92
       2
1 : 46
    III
 21
      94  
       2
1 : 47

 EKLESIA
    I
 28
    114
       2
1 : 57
    II
 22
      81
       2
1 : 40
    III
 21
      90
       2
1 : 45
   GETSEMANI
    I
 21
      92
       2
1 : 46
    II
 24
     115
       2
1 : 57
JEMAAT
183
767
16
1 : 48
               
Dengan  jumlah kk tiap Unit di atas 20 kk dibanding rata-rata ratio   Majelis   Jemaat    dan Jemaat,  1 :  48, patut dipertanyakan  sudahkah  rasional? Jika menganalogi rasionalisasi dosen : mahasiswa dan atau guru: murid yang dianggap rational pada 1 : 24, maka  dapat                 disimpulkan bahwa   dengan   rata - rata  ratio   1 :  47,      dianggap  telah  terjadi  over ratio yang   dapat berdampak  pada   kurang  efektifnya  pelayanan di jemaat. Asumsi  ini bisa dianggap  relatif atau tidak  mutlak,   jika Majelis Jemaat merasa bertanggungjawab dan   bersungguh-sungguh  melaksanakan tugasnya. Tetapi  jika  asumsi  tersebut  dapat diakui kebenarannya,   maka   pemetaan   menuju   pemekaran  sektor  dan unit  pelayanan perlu dipertimbangkan.
        b. Ratio Pendeta dan Jemaat
Satu orang  pendeta  di Jemaat  Palungan  Kasih  yang  harus  melayani  183 kk,   atau  pada Ratio 1 : 183, meliputi 3 sektor dan 8 unit pelayanan, masih dalam kategori  normal, karena didukung   oleh   sistem   yang   bersinergi   dan   terpadu,   dengan  asumsi  bahwa  sebagai                  seorang manager  dan pelayan firman, senantiasa melakukan   monitoring  dan evaluasi (monev)  untuk  menggerakkan  sistem  agar   tidak   statis dan  apatis.   Realitas  seperti inilah yang terjadi pada jemaat Palungan Kasih. Namun  jika dalam  keadaan darurat (jika Pendeta sakit, atau tidak berada ditempat), upaya penanggulan yang ditempuh adalah                  memanfaatkan Pendeta pembantu (non organik) yang berada   di dalam   wilayah Jemaat Palungan Kasih.
2.3.2. Fungsi dan peran perangkat pelayan
       a.  Sub Komisi pada tingkat Jemaat
Sebagai   salah   satu sub   sistem   dari  sistem pelayanan  di tingkat jemaat, sub-sub  Komisi melaksanakan  fungsi  dan perannya  sesuai  komptensi bidang tugasnya. Sub Komisi  Anak dan Remaja  dalam koordinasi   dengan   Majelis    Jemaat   Bidang    Keesaan   mengordiner kegiatan  pengembangan   profesi   para   pengasuh  dan   kegiatan   anak   dan remaja  pada tingkat    jemaat.    Demikian pula  untuk   Komisi  PIKOM, Komisi PELPEM, Komisi FINEK, Sub-Komisi Laki-laki dan Sub-Komisi Perempuan, melaksanakan  fungsi dan perannya sesuai  komptensi dan bidang tugasnya  dalam koordinasi dengan Majelis Jemaat. Sampai dengan saat ini, aktifitas Komisi-komisi dan sub-Komisi tersebut tetap berjalan secara baik, dan presentase   pencapaian realisasi program hampir mencapai 100 % dan semua anggota komisi masih tetap aktif. Beberapa hal yang menjadi catatan adalah  pembagian peran  dalam tubuh  komisi serta perlunya  penguatan kualitas dan kapasitas  sumber daya.
        b. Koordinator Unit
Sebagai ujung  tombak pelayanan jemaat, koordinator unit memiliki peran dan fungsi  yang yang  sangat strategis, karena berhadapan dengan  kondisi  umat  secara  langsung  sehingga dapat memantau seluruh problem umat. Struktur Koordinator Unit di jemaat Palungan Kasih disusun   dalam urgensi  praktis   berbasis    pelayanan yaitu Ketua,  Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi  Kerohanian, Seksi Pelpem, Seksi  Kerumahtanggaan dan Seksi Finek.
Kegiatan-kegiatan pelayanan   yang   dilaksanakan   adalah   Pelayanan   Ibadah,  pelayanan  diakonal/karikatif, pelayanan ulang tahun, pelayanan duka serta kegiatan  partisipasi dalam kegiatan perlombaan  yang dilaksanakan di tingkat jemaat. Juga membentuk  Vocal   Group               dan aktif dalam paduan suara sektor.  
Seluruh Koordinator Unit  pada tiga sektor  masih   eksis   dan   melaksanakan   fungsi-fungsi pelayanan  dengan  baik walaupun ada satu atau dua orang pengurus pada masing-masing unit terkadang kurang aktif karena tugas lain atau karena  masalah keluarga. Beberapa catatan untuk diperhatikan ke depan adalah  upaya peningkatan  kualitas dan    kapasitas pengurus, serta pembenahan  struktur dengan rincian tugas yang jelas   serta    penyusunan program secara terpadu dan konprehensif sehingga pada basis jemaat berlangsung program yang tujuan dan sasarannya terarah dengan indikator ketercapaian yang sama. Dengan pola program terpadu, diharapkan output dan outcome yang dicapai sesuai visi jemaat.   
       c.  Wadah Pelayanan Perempuan dan Laki-laki
      Komunitas perempuan dan laki-laki  gereja  yang sudah berkeluarga atau berstatus anggota Sidi gereja, adalah  pilar sumber daya  warga  gereja yang mendapat perhatian  khusus  oleh GPM  untuk diberdayakan secara optimal. Kehilangan generasi gereja pada beberapa gereja di  Amerika dan Eropa sehingga menjadikan gedung  gerjanya  sebagai  hotel,   adalah kesalahan dalam pembentukan sumber daya warga gereja. GPM dengan  pola   dan   sistem pelayanan berbasis keluarga  diharapkan tidak terlibas oleh kemajuan  ilmu   dan    teknologi yang mengecilkan peranan Tuhan atas dunia dan manusia.
       Jemaat Palungan Kasih mengoptimalkan peranan wadah  pelayanan   perempuan   dan   laki-laki melalui porgram-program pelayanan ibadah dengan   acara   bervariasi   seperti meditasi, diskusi, dan pemahaman Alkitab.  Selain   itu,   dikembangkan   program-program lain seperti koinonia, program partisipasi dan lain-lain. Pada wadah  pelayanan  perempuan, intensitas keterlibatan   perempuan   cukup   memadai,   namun  pada pelayanan laki-laki masih belum optimal. Beberapa  catatan  diperhatikan  kedepan   adalah,  penyusunan program  terpadu untuk  semua   sektor,   pembenahan  struktur  lebih fungsional, dan peningkatan kapasitas seluruh perempuan dan laki-laki gereja.

 2.3.3.  Relevansi dan Inkonsistensi Peraturan Gereja
Dalam menata organisasi dan sistem pelayanan, Jemaat Palungan   Kasih  konsisten dengan Peraturan Gereja, baik  tentang Peraturan Jemaat, Peraturan Perbendaharaan, Tata  Gereja dan   peraturan lainnya. Sejauh ini, peraturan Gereja yang berlaku  tidak  menjadi  hambatan              tetapi  dapat   menunjang  pelayanan dengan  baik.  Dalam hal  peraturan  itu menunjang pelayanan,  namun   pada  sisi  lain,   terjadi   inkonsistensi  pelaksanaan peraturan gereja di jemaat yang sulit diluruskan.    Berdomisilinya   kurang    lebih   31   kepala   keluarga  atau 134 jiwa, jemaat  GPM Getsemani  Hatiwe Besar,  Jemaat GPM Tawiri sebanyak 7 kepala keluarga atau 29 jiwa, Jemaat Kategorial  Lanud Patttimura sebanyak 22 kepala keluarga atau 62 jiwa, Jemaat Air Manis sebanyak 9 kepala keluarga atau 45 jiwa, Jemaat GPM Hila sebanyak 8 kepala keluarga atau 35 jiwa, Jemaat GPM Galala sebanyak 1 kepala keluarga atau 3 jiwa, dan Jemaat  GPM Waiyame sebanyak 1 kepala keluarga atau 3 jiwa yang berada di dalam wilayah pelayanan Palungan Kasih,   hingga   kini  tidak dapat di atasi walaupun dalam beberapa kesempatan telah diinformasikan  kepada unsur MPH Sinode GPM dan MPK Pulau Ambon. Selengkapnya Jemaat GPM yang tersebar di dalam wilayah pelayanan Jemaat GPM Palungan Kasih disajikan dalam gambar berikut.
      

Gambar 5. Jumlah kk dan jiwa jemaat-jemaat GPM yang ada dalam
                 wilayah Jemaat GPM Palungan Kasih



BAB III
VISI, MISI DAN TUJUAN


    1. Visi Pengembangan
“Mewujudkan Jemaat GPM Palungan Kasih yang memiliki kualitas iman, sejahtera, dan misioner”.
Penjelasan Visi:
  1. Mewujudkan Jemaat GPM Palungan Kasih yang memiliki kualitas iman, yaitu jemaat yang mempunyai komitmen yang kokoh, berahklak mulia kepada Tuhan Yesus selaku Juruselamat dan memberitakan kebenaran imannya secara terus-menerus melalui pembacaan Alkitab, pemberitaan firman, meditasi kristiani, doa dan ibadah untuk menyelami makna batinia hubungan manusia dengan Allah yang transenden.
  2. Mewujudkan Jemaat GPM Palungan Kasih yang sejahtera, yaitu jemaat yang mampu memenuhi kebutuhan dasar (sandang, pangan dan papan) secara berkecukupan serta mampu meningkatkan kualitas hidupnya yang layak.
  3. Mewujudkan Jemaat GPM Palungan Kasih yang misioner, yaitu jemaat yang mampu mengaplikasikan imannya dalam tugas-tugas persekutuan, kesaksian dan pelayanan bagi manusia dan dunia.

    1. Misi Pengembangan
  1. Meningkatkan ketahanan iman umat di bidang teologi, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kesadaran hukum dan HAM yang berbasis keluarga.
  2. Meningkatkan kapasitas perangkat pelayan secara multifungsi dalam tatanan kehidupan bergereja, berbangsa dan bernegara.
  3. Meningkatkan kapasitas institusi dalam bidang manajemen pelayanan, pengembangan SDM, ekonomi dan keuangan untuk mendukung terselenggaranya kualitas pelayanan.
  4. Meningkatkan penjemaatan jaringan kerjasama (networking) dengan instansi sosial dan gereja-gereja saudara sebagai tugas panggilan oikumene.
    1. Tujuan
Untuk menjabarkan dan mengimplementasikan misi Jemaat GPM Palungan Kasih sebagaimana yang telah diuraikan dan untuk memberikan gambaran hasil yang akan dicapai setelah 5 (lima) tahun, perlu diuraikan tujuan sesuai misi yang telah ditetapkan.
  1. Mewujudkan profil umat antara lain: di bidang teologi, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kesadaran hukum dan HAM yang berbasis keluarga.
  2. Meningkatkan profil pelayan, perangkat pelayan secara multifungsi dalam tatanan kehidupan bergereja, berbangsa dan bernegara.
  3. Meningkatkan profil kelembagaan untuk mewujudkan kapasitas institusi dalam bidang manajemen pelayanan, pengembangan SDM, ekonomi dan keuangan untuk mendukung terselenggaranya kualitas pelayanan.
  4. Meningkatkan penjemaatan jaringan kerjasama dengan instansi sosial dan gereja-gereja saudara sebagai tugas panggilan oikumene.

3.4. Sasaran Strategis
      Target  maksimal  yang  akan  dicapai  dengan  merujuk  pada  indikator ketercapaian adalah    
1.  Sasaran  Strategis  Pengembangan  Kapasitas  Umat   yaitu    
a.  Terbangunnya  kesadaran  iman  Jemaat dalam  beribadah  dikalangan    Anak, Remaja, Pemuda, Perempuan, Laki-laki  dan Lansia.    
b. Bertumbuhnya  ketahanan  iman  jemaat  dibidang  teologi  untuk  menjawab diskursus Teologi  dalam  dinamika  perkembangan  pentakostalisme, denominasionalisme  serta  Agama-Agama  lain.  
c. Terbentuknya  kematangan  ekonomi  keluarga  jemaat  yang  dioptimalisasi  melalui  kerja  dan  pengelolaan  potensi.  
d.  Terbinanya  kesadaran  Hukum  dan  HAM  dalam  keluarga  Jemaat  untuk  mengatasi  masalah  judi, miras, perselingkuhan  serta  tindakan  kekerasan  dalam  rumah  tangga  (KDRT).
e. Terciptanya  harmonisasi dalam  jemaat  melalui  pengelolaan  kearifan  lokal.  
f.  Terjaminnya  hak  pendidikan  anak-anak  dalam  jemaat  pada  semua  jenjang  pendidikan  yang  harus  didukung  dari  keluarga  sampai  pada  lembaga  pendidikan dan pemerintah desa.
2.  Sasaran  Strategis  Pengembangan  Kapasitas  Perangkat  Pelayan  yaitu  
a.  Membangun  kesadaran  panggilan  dan  pengutusan  pada  setiap  aras  Pelayanan, baik  Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar  Katehgesasi, Pengasuh  SMTPI, pegawai  administrasi, badan pembantu  pelayanan.
b.  Terbangunnya  kemampuan  berefleksi  sosial, teologi  dalam  tugas-tugas  pelayanan  Jemaat.  
c. Membangun  kemampuan  bersosialisasi  di  masyarakat  yang  majemuk  dalam  kesadaran  yang  pluralis  dan  berkebudayaan.  
d. Terlaksananya  keberlangsungan  kegiatan  pengembangan  kapasitas  pelayan  secara  reguler  dan  kontinyu.  
e.   Membangun  jalinan  pelayanan Diakonia, Koinonia, Pekabaran  Injil  dan  Kesaksian (marturia) dalam Jemaat.
3.  Sasaran Strategis Pengembangan Kapasitas Kelembagaan yaitu  
a.  Terwujudnya  pola  manajemen  pelayanan  disetiap aras organisasi gereja dalam jemaat.
b. Terealisasinya  pengendalian  manajemen  dan  pengelolaan  keuangan  secara  trasparansi  dan  akuntabel  dalam  mengoptimalisasi  Bendahara  Jemaat, Tim Verifikasi dan visitasi Klasis dan Sinode.  
c. Terwujudnya pengelolaan database jemaat secara berskala dan  berkesinambungan  (computer  based).
d.  Terwujudnya  pembentukan Badan Pengembangan Ekonomi Jemaat dalam  mengoptimalisasi  pengelolaan  potensi  ekonomi.  
e.    Terwujudnya  pembentukan  kerjasama  dalam  penguatan  jaringan  sosial  dan  oikumenis  baik  di dalam  jemaat  maupun  di luar  jemaat. 

      
- BAB IV. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB. V. PENUTUP

- LAMPIRAN. Rekapitulasi Data Hasil Pendapatan

- DATA JEMAAT GPM DAN GEREJA SAUDARA DALAM JEMAAT PALUNGAN KASIH






















Tidak ada komentar: